Lebih dari itu, perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif tidak hanya menyangkut jenis data yang digunakan, tetapi lebih dari itu, antara lain perbedaan tersebut mencakup konsepsi yang dimiliki si peneliti tentang realitas sosial, penempatan diri peneliti dalam hubungannya dengan realitas yang diteliti, dan sebagianya. Sejumlah kepustakaan membahas perbedaan dan persamaan antara penelitian kuantatif dan kualitatif (lihat a.l. Bryman, 1988; Denzin dan Lincoln,1994). Beberapa di antaranya mengemukakan pula sejumlah skenario penelitian yang mengkombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif (a.l. Bryman, 1988).
Meskipuan demikian, isu pokok yang sebenarnya bukanlah pembedaan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif, tetapi antara paradigma-paradigma yang ada, sebagaiamana yang kita bahas sekilas dalam artikel-artikel terdahulu. Sebab, penelitian kualitatif dan kuantitatif, lebih khusus lagi metode kuantitatif dan metode kualitatif hanyalah implikasi dari paradigma yang mendasarinya. Memang benar paradigma klasik (post-positivism), contohnya, atas dasar asumsi-asumsi epistemologis dan ontologis yang dipergunakannya, beriorientasi pada suatu metodologi dengan goodness criteria yang lebih memungkinkan dicapai melalui aplikasi metode-metode kuantitatif.
Tetapi perlu dicatat, penelitian dalam paradigma klasik tidak kesemuanya merupakan penelitian kuantitatif; dengan kata lain, penelitian kualitatif bukanlah monopoli paradigma-paradigma di luar paradigma klasik. Suatu penelitian kuantitatif bisa juga didasarkan atas paradigma post-positivism, menggunakan struktur logika yang sama dengan penelitian-penelitian positivistik pada umumnya. Mengenai hal tersebut Guba dan Lincoln menyatakan :
From our perspective, both qualitative and quantitative methods may be used appropriately with any research paradigm. Questions of method are secondary to questions of paradigm, which we define as the basic belief system or world view guides the investigator, not only in choices in methode but in ontologically and epistemologically fundamentals ways. ( Guba dan Lincoln, dalam Denzin dan Lincoln, 1994: 105)
Dalam kasus-kasus tertentu, perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif mungkin hanyalah perbedaan dalam penggunaan metode serta data yang dipergunakan, atau perbedaan tahap penelitian (tahap eksploratif, deskritptif dan eksplanatif). Dalam kasus seperti itu, keduanya mungkin berangkat dari paradigma serta struktur logika yang sama. Penelitian mengenai pengaruh televisi terhadap anak, contohnya, bisa diawali oleh sebuah penelitian kualitatif, memergunakan metode studi kasus, yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap variabel-variabel yang perlu diteliti dalam skala penelitian lebih luas secara kuantitatif dengan menggunakan metode survai.
Oleh karena itu pula kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif juga dimungkinkan bila keduanya berpijak pada paradigma yang sama.
Sebaliknya, penelitian kualitatif dan kuantatif sulit dipertemukan bila keduanya berangkat dari paradigma yang berbeda, yang memiliki asumsi-asumsi epistemologi berbeda, serta goodness criteria berbeda pula.
Bila penelitian kualitatif dan kuantitatif telah sampai pada perbedaan sebagaimana yang digambarkan oleh Bryman ( 1988) dalam tabel 5c, maka sebenarya kedua jenis penelitian tersebut berangkat dari paradigma yang berbeda, yang masing-masing memiliki asumsi-asumsi epistemologis, ontologis, dan metodologis yang berbeda pula — bukan sekedar perbedaan dalam metode serta analisis data yang dipergunakan.
Perbedaan yang menyangkut hubungan antara peneliti dengan obyek yang diteliti, sebagaimana digambarkan dalam tabel 5c tersebut, tak lain merupakan perbedaan epistemologis. Sedangkan perbedaan konsepsi mengenai realitas sosial merupakan perbedaan dari segi ontologi. Kemudian perbedaan mengenai sttrategi penelitian,ataupun lingkup dari penelitian, adalah perbedaan metodologi.
Karenanya, dalam kasus tersebut, penelitian kuantatif dan kualitatif sulit untuk dilakukan sebagai suatu kombinasi. Sebagai contoh, penelitian kuantitatif yang melakukan survey dan analisis data statistik, mungkin akan menilai hasil penelitian kualitatif yang dilakukan rekannya sebagai suatu hasil yang “bias” atau “ tidak objektif”, antara lain karena penelitian kualitatif tersebut ditempuh dengan menggunakan pengamatan terlibat yang sedemikian rupa sehingga si peneliti mengamati realitas sosial yang diteliti berdasarkan perspektif individu-individu yang terlibat di dalamnya.
Sebaliknya, rekannya yang melakukan penelitian kualitatif tersebut akan mengemukakan bahwa justru empati ( kemampuan untuk memproyeksikan diri ke dalam posisi atau perspektif subjek penelitian ) tersebut merupakan kriteria penting untuk menilai kualitas suatu penelitian sosial. Penelitian –penelitian kuantitatif, terlebih lagi survey yang memergunakan instrumen pengumpulan data semacam kuesioner terstruktur dan dilakukan melalui pos, dinilai hanya akan menghasilkan gambaran atau temuan yang trivial, dangkal atau semu.
Tabel 5 a PERSAMAAN ANTARA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ( Berdasarkan Neumann, 1997)
INFERENSI | Melibatkan inferensi dari detil-detil pengamatan empiris ke suatu simpulan umum …. to infer means to pass a judgment, to use reasoning process, to reach a conclusion based on evidence |
KETERBUKAAN | Menerapkan suatu metode atau proses pengumpulan data yang sistematis dan terbuka, agar pihak lain bisa memberikan penilaian ( public method or process of data gathering) |
PERBANDINGAN | Memerbandingkan data, mencari kesamaan dan perbedaan, untuk menemukan pola-pola tertentu dalam data. |
KOREKSI | Memergunakan prosedur atau mekanisme yang bertujuan menghindari kesalahan analisis dan penarikan inferensi |
Tabel 5b PERSAMAAN ANTARA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF (Berdasarkan a.l. Neumann, 1997)
KUANTITATIF
|
KUALITATTIF
|
Klasifikasi dan kuantifikasi fenomena sosial (mis. Interval variable,kekuatan korelasi antara variable, dsb) | Klasifikasi fenomena sosial ( nominal da ordinal variable tanpa pengukuran korelasi statistik) |
Kriteria kuantitatif dalam pengambilan simpulan ( mis. Sample representativeness, significant level, dsb) | Kriteria kualitatif ( mis. Inter-subjectivity agreement, face validity) |
Analisis data dimulai setelah proses pengumpulan data | Analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian |
Memiliki teknik-teknik standar pengukuran dan analisis data ( hypothesis testing, reliability and validity assesment, dsb) | Belum/ tidak memiliki teknik-teknik standar yang diakui bersama. |
Tabel 5c PERBEDAAN ANTARA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF (lihat Bryman, Quantity and Quality in Social Research, 1988: 94)
QUANTITATIVE (objective) | QUALITATIVE (reflective) | |
Kedudukan suatu penelitian kualitatif | Studi awal | Penggealian interpretasi subjek |
Hubungan peneliti dan yang diteliti | Jauh ( peneliti –objek penelitian ) outsider | Dekat ( empati) insider |
Hubungan teori/konsep dengan data empirik | Confirmatory data empirik untuk memberi konfirmasi bagi teori | Emergent : teori dimunculkan atas dasar data empirik |
Strategi penelitian | Berstruktur | Tidak berstruktur |
Lingkup/ klaim temuan | Nomothetic mencari “ the truth” | Ideographic mencari “a truth” |
Konsepsi tentang realitas sosial | Statis dan eksternal | Prosesual dan realitas merupakan produk konsruksi sosial |
Dikutip dari :
Hidayat, Dedy N.1999. Bahan Penunjang Kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi dan Latihan Penelitian Komunikasi : Bagian I Paradigma Klasik dan Hypothetico –Deductive Method Dalam Penelitian Komunikasi . Jakarta : Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UI, Hal 11-15.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !