ANTROPOLOGICAL
PERSPECTIVES ON EDUCATION
Edited
by
Murray L . WAK
STENLEY
DIAMOND
FRED
O GREARING
BASIC
BOOKS, INC
NEW YORK LONDON
1971
Bagian I
Pada
bagian pertama (Budaya dan bahasa) Great tradition, litle tradition and formal
education Oleh (Murray
L wak) menjelaskan Dampak terhadap tradisi
konseptualisasi sifat proses pendidikan. Itu
menunjukkan penelitian dan
analisis dalam pendidikan
telah mengasumsikan bahwa it yang diperlukan untuk belajar perilaku individu hanya
dalam situasi pembelajaran, bahwa semua pengalaman
pendidikan dan pendidikan
formal adalah sama, dan guru yang alone mendidik anak.
sistem sekolah modern
gagal untuk memahami
peran sekolah di
masyarakat dan pengaruh faktor sosial pada
individu belajar perilaku.
research in pendidikan adalah benar-benar tidak
memadai karena kegagalan termasuk informasi tentang
peran sosial di
sekolah pengaturan, dari guru, the siswa, dan lay publik. tradisi has
dua komponen. "great
tradisi" diwujudkan dalam teori pendidikan saat
ini dan praktek. "tradisi kecil" adalah nilai sistem
lokal masyarakat. perkembangan terbaru pendidikan telah digolongkan pendidikan
sebagai salah satu gerakan sosial besar. akibatnya,
ketegangan yang cukup telah muncul
antara "besar tradisi" dari lembaga
pendidikan dan "tradisi
kecil" dari masyarakat
tentang proses dari
membesarkan anak. saat penekanan sedang ditempatkan pada kurikuler kegiatan, pengakuan
kecil diberikan ke
nilai-nilai sosial.
Bagian
ke dua The shaping of men’s
minds adaption to the imperative of culture oleh (Yehudi .a Cohen)
menjaelaskan masalah kompleksitas mengenai perilaku menyimpang dan latar
belakangnya, ada nuansa relativitas ketika menentukan mana perilaku yang
menyimpang, mana yang bukan. Kompleksitas masalah perilaku menyimpang misalnya menyangkut
medical concepts, legal concepts, dan moral issues (Schur, 1979:18-25).
Sedangkan relativitas perilaku menyimpang antara lain karena adanya kemungkinan
tinjauan dari berbagai aspek atau perspektif, seperti cross-cultural
perspectives, sub-cultural variations, ecological context,variation over time,
dan situational deviance (Schur, 1979: 74-96). Sementara itu, Goode
mengemukakan bahwa relativitas perilaku menyimpang bisa disebabkan oleh factor
audience, actor, dan situational (Goode, 1984: 14- 16).
Pengertian Perilaku Menyimpang.
Secara
mendasar, paling tidak ada tiga perspektif untuk menentukan apakah perilaku
menyimpang itu, yaitu absolutist, normative, dan reactive (Goode, 1984: 7).
Perspektif absolutist berpendapat bahwa kualitas atau karakteristik perilaku
menyimpang bersifat instrinsik, terlepas dari bagaimana ia dinilai. Dengan kata
lain, perilaku menyimpang ditentukan bukan dengan norma, kebiasaan, atau
aturan-aturan sosial. Perspektif normative berpendapat bahwa perilaku
menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil
menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam
masyarakat Dengan demikian , sebuah
tindakan dikatakan menyimpang atau tidak, ditentukan oleh batasan- batasan
norma masyarakat atau budaya. Perspektif reaktif berpandangan bahwa perilaku
menyimpang dapat ditemukan dalam bagaimana secara aktual perilaku itu dinilai.
Untuk dapat dikualifikasikan sebagai sebuah perilaku menyimpang, sebuah
tindakan harus memenuhi syarat (1)diamati atau paling tidak didengar, dan (2)
menyebabkan hukuman yang nyata bagi pelakunya. Kunci utamanya adalah concrete
social disapproval toward specific action and actors.
One linguostic theory ,
comunicative competence, and the education of disadventaged children (del
Hymes)
Proses
pendidikan mempunyai implikasi penting, yakni tidak hanya transmisi sistematik
nilai-nilai pengetahuan, tetapi juga dalam pembentukan identitas baik personal
maupun sosial. Identitas merujuk pada kategori-kategori yang digunakan partisipan
untuk mendefinisikan seorang individu terkait dengan keberadaan kelompok
ataupun pada kategori-kategori yang digunakan individu untuk mendefinisikan
dirinya
Bagian
ke 4 Early childhood experience and later education in complex cultures (Pengalaman anak usia dini dan pendidikan berkelanjutan dalam budaya yang kompleks) oleh Margaret Mead
Masalah remaja sebagai hasil tekanan budaya.
Psikoanalitis, pada segi lain menganggapnya bersumber dari hal yang bersifat
biologis. Oleh karena itu kesulitan remaja dapat di atasi jika pola budaya
mendorongnya dapat berubah. Tekanan dan ketegangan semasa bertumbuh disebabkan
oleh tuntutan budaya dan tidak mempunyai dasar biologis sama sekali. Pandangan
Mead tentang diskontuitas yang didorong oleh kebudayaan mempunyai arti bahwa di
rumah dan juga sekolah dimana ketergantungan anak diperpanjang secara
artificial (tidak alami) untuk meningkatkan disiplin, anak-anak harus
diperlakukan lebih sebagai orang dewasa
yang potensial, mengasimilasi nilai-nilai dan perilaku sama seperti yang
diharapkan kelak jika mereka dewasa. Cara satu-satunya bagi sekolah untuk
mempengaruhi gerakan kebudayaan umum ialah dengan mendidik untuk membentuk
kepribadian yang lentur. Menurut Mead untuk membangun kepribadian yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik adalah mempunyai keluarga yang toleran yang
anggota-anggotanya dapat berbeda pendapat dengan ketegangan emosi.
Bagian
ke- 5 On the importance of the study of primate behaviour for anthropologists
(sherwood L wasbur)
Antropologi modern tidak, dan tidak
harus dianggap sebagai, disiplin
tersendiri. Ajaran ini merupakan inti dari
filosofi Sherwood Washburn tentang apa
dan bagaimana antropologi harus
dikategorikan. Sebelum tahun
1950-an, studi tentang manusia
dipisahkan menjadi daerah yang berbeda dari penelitian
dan kesepakatan interdisipliner
dan / atau kerja sama yang peristiwa langka. Sampai
saat itu, antropologi biologis
sebagai definisi tidak
ada. Jumlah informasi yang
harus dikumpulkan dan dipelajari oleh masing-masing disiplin adalah menakutkan
dan, karena ini, setiap
ilmuwan menjadi sangat terfokus ke titik menjadi
rabun dalam pencarian mereka untuk
jawaban. Perdebatan yang paling penting sampai saat itu adalah salah satu dari
"budaya (nurture) atau lingkungan (alam)?" Pikiran bahwa itu harus
satu atau yang lain mendorong kedua kubu untuk mundur balik tembok keras kepala dan keyakinan bahwa setiap benar dalam penilaian mereka.
Sebuah jenis baru dari ilmuwan yang dibutuhkan untuk membawa sudut pandang yang berbeda, dan opini bersama-sama
untuk mencapai beberapa jenis konsensus mengenai apa sebenarnya antropologi itu.
Bagian
ke -6 SOCIAL AND INSTITUTIONAL ( SOSIAL DAN INSTITUSI)
Handle
with care necessary precautions the athropology of school
Oleh Harry
f .wolcott).
Etnografi
adalah suatu uraian dan penafsiran dari suatu kebudayaan atau kelompok sosial
atau sistem. Walaupun ada perselisihan paham yang pantas dipertimbangkan
tentang makna dari istilah “budaya”, pada dasarnya pola tindakan yang
dipelajari meliputi, bahasa, kepercayaan, upacara agama, dan jalan hidup.
Sebagai suatu proses, Etnografi meliputi perpanjangan bidang kerja dengan
mengunakan observasi dan wawancara sederhana. Ada beberapa macam perbedaan
Etnografi. Hal ini mengingat banyak para ahli Antropologi mengerjakan observasi
peserta di dalam ilmu pengetahuan suatu budaya etnografik, para peneliti di
bidang pendidikan menggunakan teknik tersebut untuk menghasilkan
mikroetnografis (Erickson, 1973; Lecompte & Preissle, 1993; Wolcott, 1995).
Mikroetnografi adalah suatu studi observasi yang merupakan salah satu aspek
peserta suatu komponen kebudayaan (pendidikan) seperti para peserta di dalam
suatu aktivitas di bidang pendidikan, yaitu suatu kelas atau kota para peserta
di dalam suatu program inovatif. Jika studi tersebut adalah suatu ujian dari
suatu aktivitas sangat spesifik secara menyeluruh, atau dari suatu unit yang
sangat kecil di dalam suatu organisasi atau dari pemikiran praktis sehari-hari
dan percakapan yang biasa, hal itu adalah suatu Etnometolologi
Bagian
Ke 7Comments on the science of teaching
(paul goodlad)
Goodlad
(1984) menyatakan bawa pendidikan dilihat dari sisi orientasi, ada yang
memfokuskan pada pemberdayaan individu peserta didik atau berorientasi pada
tujuan personal (private goals), dan ada pula yang memfokuskan pada pencapaian
tujuan kolektif (public goals). Pemikiran pendidikan yang berorientasi pada
tujuan personal (private goals), yaitu pendidikan yang mengembangkan peserta
didik dalam 4 tujuan: vocational, social, intellectual, dan personal.
Sebaliknya, pemikiran pendidikan yang berorientasi pada tujuan kolektif/umum
(public goals) cenderung terikat dengan kepentingan kolektifitas masyarakat
tertentu seperti Negara. Negara yang cenderung menekankan pengembangan ekonomi
sebagai prioritas utama akan menciptakan model sekolah yang segaris dengan
tujuan Negara dalam pembangunan ekonomi. Di sinilah terjadi kenyataan antara
perbedaan sekolah yang berorientasi pada tujuan individu (private goals) dengan
tujuan umum (public goals) (Joel Spring, 1989: 4-5). Menurut aliran anarkisme,
pendidikan bertujuan untuk membawa perombakan berskala besar dan cepat dalam
masyarakat dengan cara menghilangkan persekolahan wajib. Sistem sekolah formal
yang ada sekarang harus dihapuskan, lalu diganti dengan pola belajar sukarela
dan mengarahkan diri sendiri. Artinya, akses yang bebas dan universal untuk
memperoleh bahan atau materi pendidikan harus tersedia. Selain itu, kesempatan
belajar mandiri harus tercipta bagi siapa saja, tanpa sistem pengajaran wajib.
Aliran anarkisme menekankan pilihan bebas dan penentuan nasib sendiri, dalam
sebuah latar belakang sosial yang sehat dan humanis. Siswa bebas menentukan
sendiri metode belajarnya. Dan pembelajarannya pun tidak hanya bersifat
kognitif dan afektif semata, tetapi menyeluruh.
Saat
edukator (pendidik) berperan mempengaruhi perkembangan siswa menurut penyusunan
kurikulum, mereka akan memacu kapasitas individu dalam belajar. Para guru tidak
sepenuhnya memperhatikan situasi yang bermanfaat bagi para siswa. Goodman
bahkan menyatakan lebih baik kaum miskin dan menengah tidak sekolah. Goodman
berpendapat, masyarakat luas adalah korup dan rapresif. Anak-anak memiliki
kemampuan alami untuk menentukan pengalaman apa yang paling baik untuk belajar,
jika diberi kebebasan.
Kelemahan utama dari rancangan berbasis
pelajar adalah ketidakefisienan edukasinya. Para siswa tidak memiliki
pengalaman yang menuntun mereka mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk
belajar. Kelemahan kedua adalah kurangnya penentuan struktur horizontal.
Kritikan ketiga yaitu kurangan kontinuitas. Memusatkan rancangan pada kemauan
siswa menyebabkan sulitnya mempertahankan kontinuitas. Hal ini karena
ketertarikan siswa tidak bisa diprediksi.
Bagian
Ke 8. MASS EDUCATION : GENERAL
Citizenship
or certification ( Thomas F. Green)
Thomas
F. Green (1971) mengajukan pertanyaaan: sebenarnya pendidikan massal itu untuk
apa? Untuk kewargaan atau untuk kebutuhan sertifikasi? Menjawab pertanyaan ini,
Green menggunakan pendekatan historis dalam menggambarkan fungsi pendidikan,
dia juga melakukan kritik di mana pendidikan tidak semata-mata berfungsi
sebagai pendidikan kewargaan (citizenship) tetapi juga mempunyai fungsi lain.
Green kemudian mengembangkan tipologi bahwa pendidikan melayani dua
kepentingan, yaitu: Pertama, merujuk Jeferson yang menyatakan bahwa fungsi
paling fundamental dari pendidikan adalah berkaitan dengan pembangunan
kewarganegaraan, pendidikan adalah usaha untuk membuat kesadaraan menjadi warga
yang demokratis. Kedua, selain sebagai pendidikan kewargaan Green mengemukakan
kenyataan bahwa pendidikan juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi
kemampuan sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan dunia pekerjaan.
Bagian
Ke -9 The school as a small society (Bud b. Khleif) Sekolah bagian dari
masyarakat kecil
Implikasi
proses pendidikan di sekolah terkait dengan pengembangan identitas, juga
dipengaruhi oleh seting lembaga pendidikan tersebut. Thomas Barfield
menyebutkan seting pendidikan itu bisa terkait dengan hubungan institusi
pendidikan dengan institusi-institusi lain. Thomas Barfield mencontohkan bentuk
keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi lain itu seperti intitusi
pendidikan dengan agama seperti yang terjadi pada masa-masa sebelum modern,
keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi ekonomi, keterkaitan
institusi pendidikan dengan institusi militer
Bgian
ke 10 Is education Possible ? (Jules henry)
Perhatian
terhadap budaya juga merupakan dasar untuk antropologi dan pendidikan, yang
melibatkan penelitian yang memanjang dari kelas ke rumah, lingkungan, dan
masyarakat. Di kelas, antropolog telah mengamati interaksi antara guru, siswa,
orang tua, dan pengunjung. Akun klasik Jules Henry sekolah dasar kelas Amerika
(1955) menunjukkan bagaimana siswa belajar untuk menyesuaikan dan bersaing
dengan rekan-rekan mereka. Antropolog menganggap anak-anak sebagai jumlah
makhluk yang sikap budaya terhadap pendidikan dan enkulturasi dari konteks yang
meliputi keluarga dan rekan-rekan mereka. Sociolinguists dan antropolog budaya
bekerja berdampingan dalam penelitian pendidikan. Sebagai contoh, dalam sebuah
studi dari Puerto Rico ketujuh kelas di Midwest perkotaan (Hill-Burnett 1978),
antropolog menemukan beberapa kesalahpahaman yang dimiliki oleh guru. Guru
keliru berpikir bahwa Puerto Rico orangtua menghargai pendidikan kurang dari
non-Hispanik, tetapi dalam wawancara mendalam mengungkapkan bahwa Puerto Rico
tua bernilai lebih. Antropolog juga menemukan bahwa praktek-praktek tertentu
yang mencegah Hispanik dari berpendidikan memadai. Sebagai contoh, Uni guru dan
Dewan Pendidikan telah setuju untuk mengajar "Bahasa Inggris sebagai
bahasa asing." Namun, mereka tidak memberikan guru bilingual untuk bekerja
Bagian
ke 11 Toward a philosophy of education Given Crisis in Mas Education in Our
Times (John T. Seeley)
Ickhen Safa mengangkat peran
pendidikan dalam proses modernisasi dan integrasi nasional. Proses ‘national
building’ meliputi konsolidasi tidak hanya pada aspek material, tetapi juga
dalam wilayah ideologis, penekanan tidak hanya pada usaha mobilisasi dan
pengembangan sumber-sumber daya yang dimiliki Negara melainkan juga usaha
pencapaian pada konsensus ideologis yang mengikat orang dalam kebersamaan
nilai-nilai dan tujuan. Ickhen Safa mengutip salah satu antropolog yang peduli
terhadap tema ‘nation building’ yaitu Julian Steward (1950, pp. 107-108) yang
menyatakan bahwa proses integrasi sosio kultural tidaklah hanya penyatuan
sejumlah dan perbedaan aspek-aspek masyarakat, tetapi juga pada perkembangan
fungsi interdependensi antar aspek itu
MAS
Education : reseach Report
Bahian
ke 12 Theoritical and methodology problems in the study of school
(eleanor
B. leacock)
Kepentingan utama hubungan sosial untuk
memahami ketidaksetaraan sosial ekonomi dan seksual dan hirarki semuanya
terkait satu sama lain. Mereka mengembangkan suatu kerangka historis untuk
mempertimbangkan hubungan antara hierarki sosial ekonomi dan seksual dengan
mendefinisikan empat jenis sejarah secara luas dari hubungan produksi:
1.
Egaliter hubungan antara kebanyakan pemburu-pengumpul dan orang-orang
horticultural. Perempuan memiliki otonomi, aneka ragam peran ekonomi, dan
kekuasaan pengambilan keputusan.
2.
Ketimpangan dalam masyarakat disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan,
spesialisasi, dan reorganisasi hubungan produksi. Secara khusus, sebuah
“publik” sektor ekonomi terkait dengan produksi untuk akumulasi kekayaan dan
usaha adalah berbeda dari rumah tangga “pribadi”, atau keturunan, sektor
terkait dengan produksi untuk pengganti dan berbagi. Pria bertanggungjawab
dalam perburuan dan peperangan sering dipimpin langsung untuk perdagangan
mereka mendominasi dan hubungan politik eksternal. Pertumbuhan ruang publik
merusak posisi perempuan yang sebelumnya egaliter.
3.
Hubungan bertingkat dalam masyarakat praindustri. Rumah tangga patriarki
menjadi unit ekonomi independen. Pekerjaan perempuan semakin diprivatisasi.
4.
Eksploitasi dalam masyarakat kapitalis industri di mana penaklukan orang
umumnya disejajarkan dengan penaklukan khusus terhadap perempuan. (Etienne dan
Leacock 1980: 8-16)
Bagian
13 Rhetoric versus reality : A study of new york city high school system
(arthur J Vidich and charles Mc reynold)
Diskusi
tentang tema atau teori identitas, Gordon Marshall merumuskan dua pendekatan
utama memahami identitas: psikhodinamis dan sosiologis. Pokok utama dari kedua
pendekatan itu adalah diskusi menghadapi pendekatan esensialis yang membangun
asumsi bahwa identitas adalah sesuatu yang unik, esensial dalam konteks
‘sesungguhnya saya (real me)’ yang koheren dan kurang lebih sama sepanjang
hidup. Menghadapi asumsi ini, kedua pendekatan teori psikhoanalitis dan
sosiologis mengembangkan asumsi bahwa di sana terdapat variasi derajat yang
menunjukkan bahwa identitas adalah entitas yang dibentuk (constructed). Dalam
pandangan Marshall, pendekatan psikhodinamik berkembang dari teori identifikasi
Freud, di mana seorang anak manusia hadir ke dunia mengalami asimilasi dengan
orang atau obyek lain, biasanya adalah superego dari orang tua. Di sisi lain
pendekatan sosiologis memandang identitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
interaksi simbolik dan berkembang dari teori pragmatism yang dikembangkan oleh
William James dan George Herbert Mead.
NATION
and Enclaves
Bagian
ke 14 Education, modernization and process of national integration (helen inken
safa)
Ickhen
Safa mengangkat peran pendidikan dalam proses modernisasi dan integrasi
nasional. Proses ‘national building’ meliputi konsolidasi tidak hanya pada
aspek material, tetapi juga dalam wilayah ideologis, penekanan tidak hanya pada
usaha mobilisasi dan pengembangan sumber-sumber daya yang dimiliki Negara
melainkan juga usaha pencapaian pada konsensus ideologis yang mengikat orang
dalam kebersamaan nilai-nilai dan tujuan. Ickhen Safa mengutip salah satu
antropolog yang peduli terhadap tema ‘nation building’ yaitu Julian Steward
(1950, pp. 107-108) yang menyatakan bahwa proses integrasi sosio kultural
tidaklah hanya penyatuan sejumlah dan perbedaan aspek-aspek masyarakat, tetapi
juga pada perkembangan fungsi interdependensi antar aspek itu.
Bagian
ke 15 Indian, hillbilies and the educational problem ( robert k . Thomas
Implikasi
proses pendidikan di sekolah terkait dengan pengembangan identitas, juga
dipengaruhi oleh seting lembaga pendidikan tersebut. Thomas Barfield
menyebutkan seting pendidikan itu bisa terkait dengan hubungan institusi
pendidikan dengan institusi-institusi lain. Thomas Barfield mencontohkan bentuk
keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi lain itu seperti intitusi
pendidikan dengan agama seperti yang terjadi pada masa-masa sebelum modern,
keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi ekonomi, keterkaitan
institusi pendidikan dengan institusi militer
Bagian
Ke 16 Comparative research upon the school and education (Muray L. wax)
Orang
dapat melihat-carry over dari studi banding di ilmu awal kehidupan untuk tren
utama dalam ilmu sosial. Kita ingat, bahwa Auguste Comte (1998: 132-37), bapak
sosiologi, yang pertama kali berlabel lapangan sosiologi komparatif, memberikan
kredit untuk fisiologi untuk banyak berpikir, dan gagasan tentang masyarakat
sesuai menyolok dengan tangga "menjadi "dalam studi anatomi. Artinya,
ia yakin masyarakat berkembang melalui serangkaian tahapan ditetapkan, dengan
Eropa di puncak dari proses ini. Sosial evolusi terdiri dari tiga tahap utama:
teologis (agama), maka metafisik (filosofis), dan akhirnya positif (ilmiah)
tahap. Dalam teorinya ia membedakan antara "statika" dan
"dinamika" statika Nya. Akan bergema oleh mereka menekankan tatanan
sosial dan fungsionalisme, sementara dinamika nya akan ditekankan oleh tertarik
pada perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan kekuatan yang akan memberikan
kontribusi kepada mereka perubahan ini. Menurut Comte, pekerjaan utama sosiolog
akan menyelidiki masyarakat dan menempatkannya di panggung tepat evolusi
perkembangan mereka.
Pada
paruh kedua abad kesembilan belas, sosiologi berkembang menjadi disiplin yang
diakui, dan pendirinya mengembangkan sebuah paradigma yang mengikuti kerangka
konseptual Compte dalam bahwa masyarakat terlihat untuk kemajuan melalui
beberapa tahap, termasuk tahap primitif, tahap tradisional dan akhirnya modern
panggung. Dua tahap akhir mewakili suatu bangunan sosial dikotomis, dunia
modern membentuk satu ekstrim ideal dari membangun dan membentuk tradisional
lainnya. Kerangka gema homogenitas Herbert Spencer dan diferensiasi,
tradisionalisme Max Weber dan rasionalisme, Emile Durkheim organik untuk
organisasi mekanik, dan masyarakat Ferdinand Tönnies 'dan masyarakat. Kerangka
dikotomis ini menunjukkan suatu gerakan linier antara dua ekstrem. Sebuah
negara diyakini memodernisasi ketika kehilangan ciri tradisional dan mengambil
karakteristik modern. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua para ulama yang
disebutkan di atas melihat modern sebagai uang muka atas tradisional. Durkheim
(1893), misalnya, melihat pergeseran dari organik ke kehidupan sosial mekanis
menjadi langkah mundur dalam organisasi sosial. Sebuah asumsi dasar dari
sosiolog komparatif telah bahwa hirarki sosial yang ada dan bentuk tugas
comparativist adalah untuk mengklasifikasikan berbagai masyarakat dan
menempatkannya di stasiun yang sesuai hirarki mereka.
Walaupun
tampaknya ada kerangka studi banding meresap dalam ilmu-ilmu sosial dan
pendidikan komparatif, ada sejumlah kerangka komparatif lainnya. Saya akan
garis tiga alternatif: tipologi sistem ahistoris, studi sejarah dalam
perspektif lintas budaya, dan studi pengaruh lintas batas nasional.
Salah
satu variasi utama dalam pekerjaan klasifikasi antara comparativists adalah
usaha untuk mengklasifikasikan sistem sosial dan struktur yang tidak
menyarankan pengaturan evolusi atau hirarkis. Perbandingan politik sangat
dikenal karena ahistoris upaya untuk mengembangkan kategori mewakili dunia
politik kontemporer. Meskipun juga telah memberikan perhatian untuk modernisasi
dan pembangunan politik, utamanya politik komparatif warisan, yang bunga dalam
mengklasifikasikan jenis rezim yang ada, mencari setara bahasa dalam sistem
politik yang berbeda, dan mengelompokkan fungsi masing-masing. Kita semua akrab
dengan cara berikut yang berkuasa: pemerintahan monarki satu (), aturan dari
sedikit (bangsawan), dan aturan demokrasi (banyak). Tidak ada saran dalam skema
bahwa satu bentuk pemerintahan berevolusi dari bentuk lain, atau bahwa satu
bahkan lebih baik daripada yang lain. Bahkan, setiap jenis memiliki sisi gelap
di bahwa monarki dapat merosot menjadi tirani atau despotisme, aristokrasi
dapat menjadi oligarki, dan demokrasi bisa menjadi kacau massa atau bentuk yang
berkuasa.
Demikian
pula, spesialis dalam hukum perbandingan tertarik dalam isi normatif dari
berbagai sistem hukum. Mereka berusaha untuk mendefinisikan sistem hukum
keluarga seperti hukum Romawi, hukum umum, atau hukum sosialis, dan
mengidentifikasi norma-norma dan cara berpikir yang terjadi dalam
keluarga-keluarga hukum.
Sedangkan
tipologi ahistoris mendominasi bidang perbandingan yakin, pendidikan komparatif
telah memberikan sedikit perhatian untuk tipologi nasional. Ini tampaknya
sangat mendasar bahwa bidang perbandingan hampir tidak ada dalam arti yang
bermakna kecuali objek penelitian telah diklasifikasikan dalam beberapa cara
yang ketat sehingga penelitian adalah kumulatif. Perbandingan pendidik harus
bergantung pada tipologi yang diambil dari bidang lain, tetapi tidak berbuat
banyak untuk memperluas dan meningkatkan bentuk tipologi pendidikan. Memang
benar bahwa Marc Antoine Jullien, dilihat oleh banyak orang sebagai bapak
pendidikan komparatif, adalah salah seorang ulama modern pertama yang
mendirikan desain klasifikasi yang akan memfasilitasi pengumpulan dan
katalogisasi data tentang sistem sekolah yang berbeda. Skema ini telah ditahan
sampai hari ini (Holmes 1981: 89). Beberapa pekerjaan awal dilakukan oleh Pedro
Rosello, dan diikuti oleh para sarjana seperti Franz Hilker (1962) dan George
Bereday (1964), yang diasumsikan bahwa sebelum penjajaran bisa terjadi dalam
proses perbandingan, klasifikasi jelas akan diperlukan. Namun, itu biasanya
jatuh pada badan-badan internasional dan organisasi untuk mengklasifikasi data
pendidikan internasional, terutama karena kelompok-kelompok seperti Biro
Pendidikan Internasional, Unesco, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan,
dan Dewan Eropa, yang mulai mengumpulkan informasi tentang pendidikan di
berbagai pengaturan nasional, diakui perlunya menggunakan seperangkat kategori
standar. Fokus dasar skema terbanyak adalah pada tingkat dan jenis pendidikan, dan
telah lama jelas bahwa tata-nama, dan fleksibilitas skema hanya kira-kira yang
sesuai dengan kebanyakan negara. Meskipun upaya organisasi-organisasi
internasional, bekerja kumulatif sedikit yang datang dari permohonan awal
mereka untuk upaya klasifikasi sistematis. Selain itu, para sarjana pendidikan
komparatif memiliki sedikit hubungannya dengan skema yang paling, dalam
beberapa hal karena mereka telah mengambil tertarik untuk berkontribusi dalam
proses tersebut. Tentu saja ada pengecualian, termasuk Brian Holmes (1981: Ch.
5) atau Philip Coombs (1968). Beberapa karya saya sendiri telah melibatkan
klasifikasi sekolah.
Beberapa
bidang perbandingan humanistik memberi perhatian yang kuat terhadap asal-usul
dan sejarah jika mereka pokok. filologi perbandingan adalah kasus yang baik di
titik. Filolog umumnya merasa tidak patut untuk menunjukkan bahwa bahasa
berkembang dalam arti istilah konvensional, karena umumnya menyiratkan evolusi
gagasan perubahan atau perbaikan yang progresif, dan filolog komparatif jarang
telah bersalah atas menunjukkan bahwa satu bentuk bahasa yang lebih unggul dari
yang lain. Sebaliknya, filolog adalah konten untuk melacak perubahan yang
terjadi pada suara, dalam kata-kata, dalam ejaan, dalam tata bahasa, dll, dan
bergabung dengan sosial-ahli linguistik dalam mempelajari kekuatan kontekstual
berhubungan dengan perubahan-perubahan bahasa.
Franz
Bopp, pendiri filologi komparatif, terutama tertarik pada genesis bentuk-bentuk
linguistik setidaknya mereka tergolong ke bahasa Indo-Eropa (Ludwig Henning
Delbrück 1882). Mereka filolog komparatif yang mengikuti Bopp percaya akar
sejarah bahasa hanya bisa dicapai melalui perbandingan (Sayce 1892). Mereka
telah berusaha mengumpulkan sejarah spesies manusia dengan terlibat dalam
sebuah studi ilmiah tentang sejarah bahasa. filologi Kontemporer perbandingan,
sekarang biasanya disebut linguistik komparatif, terus fokus pada rekonstruksi
bentuk-bentuk awal bahasa dan perubahan yang terjadi dalam bahasa.
Penelitian
sejarah memainkan peran penting sebagai bidang pendidikan komparatif tersebut
didefinisikan. Banyak perintis awal lapangan itu sendiri sejarawan, termasuk
Robert Ulich, Ishak Kandel, Harold Benyamin dan William W. Brickman. Mereka
yang menulis buku teks awal, termasuk Ishak Kandel (1933) serta DI Thut dan Don
Adams (1964), mengambil pendekatan historis untuk studi negara mereka. Namun,
pekerjaan mereka menyimpang dari yang nyata dari filolog komparatif. Pertama,
filologi sementara telah mempertahankan fokus pada asal-usul bahasa, sedikit
perhatian diberikan dalam pendidikan komparatif terhadap asal-usul dari setiap
aspek pendidikan. Sebaliknya, sejarah pendidikan biasanya diuraikan dalam
rangka memberikan rasa konteks dan setting sosial di mana masalah pendidikan
tertentu berada. Kedua, ada umumnya cacat metodologis dalam catatan sejarah
pendidik komparatif. Karena pendidikan komparatif awal global di alam, studi
sejarah pelopor ini medan yang dihasilkan didasarkan hampir secara eksklusif
berdasarkan sumber-sumber sekunder. Bahkan, Auguste Comte (1988) berpendapat
bahwa sesuai dengan mengandalkan sumber sekunder ketika mempelajari sejarah
masyarakat. Namun, tradisi yang tidak menyebabkan kredibilitas besar dalam
karya bersejarah mereka.
Sementara
studi historis memainkan beberapa peran dalam pendidikan perbandingan
kontemporer, tidak signifikan. Dalam pekerjaan survei kami di UCLA, yang
disebutkan di atas, kita telah menemukan sekarang hanya sedikit perhatian
diberikan pada historiografi, hanya 10,3 persen dari penulis ditinjau dinilai
mencakup sejarah sebagai bagian dari publikasi riset mereka (karat dan Lainnya,
1999). Aku berbalik sekarang ke kategori berikutnya perbandingan: pengaruh
lintas budaya.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !