Headlines News :

PROFIL

Ujang Murana Wiajya, 23 Juli 1990
Home » » ANTROPOLOGICAL PERSPECTIVES ON EDUCATION

ANTROPOLOGICAL PERSPECTIVES ON EDUCATION

Written By Unknown on Thursday, March 26, 2015 | 3:45 AM



ANTROPOLOGICAL PERSPECTIVES ON EDUCATION
Edited by
Murray  L . WAK
STENLEY DIAMOND
FRED O GREARING
BASIC BOOKS, INC
NEW YORK LONDON
1971
Bagian I
Pada bagian pertama  (Budaya dan bahasa) Great tradition, litle tradition and formal education Oleh (Murray L wak) menjelaskan Dampak terhadap tradisi konseptualisasi sifat proses pendidikan. Itu menunjukkan penelitian dan analisis dalam pendidikan telah mengasumsikan bahwa it yang diperlukan untuk belajar perilaku individu hanya dalam situasi pembelajaran, bahwa semua pengalaman pendidikan dan pendidikan formal adalah sama, dan guru yang alone mendidik anak. sistem sekolah modern gagal untuk memahami peran sekolah di masyarakat dan pengaruh faktor sosial pada individu belajar perilaku. research in pendidikan adalah benar-benar tidak memadai karena kegagalan termasuk informasi tentang peran sosial di sekolah pengaturan, dari guru, the siswa, dan lay publik. tradisi has dua komponen. "great tradisi" diwujudkan dalam teori pendidikan saat ini dan praktek. "tradisi kecil" adalah nilai sistem lokal masyarakat. perkembangan terbaru pendidikan telah digolongkan pendidikan sebagai salah satu gerakan sosial besar. akibatnya, ketegangan yang cukup telah muncul antara "besar tradisi" dari lembaga pendidikan dan "tradisi kecil" dari masyarakat tentang proses dari membesarkan anak. saat penekanan sedang ditempatkan pada kurikuler kegiatan, pengakuan kecil diberikan ke nilai-nilai sosial.


Bagian ke dua The shaping of men’s minds adaption to the imperative of culture oleh (Yehudi .a Cohen) menjaelaskan masalah kompleksitas mengenai perilaku menyimpang dan latar belakangnya, ada nuansa relativitas ketika menentukan mana perilaku yang menyimpang, mana yang bukan. Kompleksitas masalah perilaku menyimpang misalnya menyangkut medical concepts, legal concepts, dan moral issues (Schur, 1979:18-25). Sedangkan relativitas perilaku menyimpang antara lain karena adanya kemungkinan tinjauan dari berbagai aspek atau perspektif, seperti cross-cultural perspectives, sub-cultural variations, ecological context,variation over time, dan situational deviance (Schur, 1979: 74-96). Sementara itu, Goode mengemukakan bahwa relativitas perilaku menyimpang bisa disebabkan oleh factor audience, actor, dan situational (Goode, 1984: 14- 16).
Pengertian Perilaku Menyimpang.
Secara mendasar, paling tidak ada tiga perspektif untuk menentukan apakah perilaku menyimpang itu, yaitu absolutist, normative, dan reactive (Goode, 1984: 7). Perspektif absolutist berpendapat bahwa kualitas atau karakteristik perilaku menyimpang bersifat instrinsik, terlepas dari bagaimana ia dinilai. Dengan kata lain, perilaku menyimpang ditentukan bukan dengan norma, kebiasaan, atau aturan-aturan sosial. Perspektif normative berpendapat bahwa perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat  Dengan demikian , sebuah tindakan dikatakan menyimpang atau tidak, ditentukan oleh batasan- batasan norma masyarakat atau budaya. Perspektif reaktif berpandangan bahwa perilaku menyimpang dapat ditemukan dalam bagaimana secara aktual perilaku itu dinilai. Untuk dapat dikualifikasikan sebagai sebuah perilaku menyimpang, sebuah tindakan harus memenuhi syarat (1)diamati atau paling tidak didengar, dan (2) menyebabkan hukuman yang nyata bagi pelakunya. Kunci utamanya adalah concrete social disapproval toward specific action and actors.
One linguostic theory , comunicative competence, and the education of disadventaged children (del Hymes)
Proses pendidikan mempunyai implikasi penting, yakni tidak hanya transmisi sistematik nilai-nilai pengetahuan, tetapi juga dalam pembentukan identitas baik personal maupun sosial. Identitas merujuk pada kategori-kategori yang digunakan partisipan untuk mendefinisikan seorang individu terkait dengan keberadaan kelompok ataupun pada kategori-kategori yang digunakan individu untuk mendefinisikan dirinya
Bagian ke 4 Early childhood experience and later education in complex cultures (Pengalaman anak usia dini dan pendidikan berkelanjutan   dalam budaya yang kompleks) oleh Margaret Mead
Masalah remaja sebagai hasil tekanan budaya. Psikoanalitis, pada segi lain menganggapnya bersumber dari hal yang bersifat biologis. Oleh karena itu kesulitan remaja dapat di atasi jika pola budaya mendorongnya dapat berubah. Tekanan dan ketegangan semasa bertumbuh disebabkan oleh tuntutan budaya dan tidak mempunyai dasar biologis sama sekali. Pandangan Mead tentang diskontuitas yang didorong oleh kebudayaan mempunyai arti bahwa di rumah dan juga sekolah dimana ketergantungan anak diperpanjang secara artificial (tidak alami) untuk meningkatkan disiplin, anak-anak harus diperlakukan  lebih sebagai orang dewasa yang potensial, mengasimilasi nilai-nilai dan perilaku sama seperti yang diharapkan kelak jika mereka dewasa. Cara satu-satunya bagi sekolah untuk mempengaruhi gerakan kebudayaan umum ialah dengan mendidik untuk membentuk kepribadian yang lentur. Menurut Mead untuk membangun kepribadian yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah mempunyai keluarga yang toleran yang anggota-anggotanya dapat berbeda pendapat dengan ketegangan emosi.




Bagian ke- 5 On the importance of the study of primate behaviour for anthropologists (sherwood L wasbur)
Antropologi modern tidak, dan tidak harus dianggap sebagai, disiplin tersendiri. Ajaran ini merupakan inti dari filosofi Sherwood Washburn tentang apa dan bagaimana antropologi harus dikategorikan. Sebelum tahun 1950-an, studi tentang manusia dipisahkan menjadi daerah yang berbeda dari penelitian dan kesepakatan interdisipliner dan / atau kerja sama yang peristiwa langka. Sampai saat itu, antropologi biologis sebagai definisi tidak ada. Jumlah informasi yang harus dikumpulkan dan dipelajari oleh masing-masing disiplin adalah menakutkan dan, karena ini, setiap ilmuwan menjadi sangat terfokus ke titik menjadi rabun dalam pencarian mereka untuk jawaban. Perdebatan yang paling penting sampai saat itu adalah salah satu dari "budaya (nurture) atau lingkungan (alam)?" Pikiran bahwa itu harus satu atau yang lain mendorong kedua kubu untuk mundur balik tembok keras kepala dan keyakinan bahwa setiap benar dalam penilaian mereka. Sebuah jenis baru dari ilmuwan yang dibutuhkan untuk membawa sudut pandang yang berbeda, dan opini bersama-sama untuk mencapai beberapa jenis konsensus mengenai apa sebenarnya antropologi itu.
Bagian ke -6 SOCIAL AND INSTITUTIONAL ( SOSIAL DAN INSTITUSI)
Handle with care necessary precautions the athropology of school
Oleh Harry f .wolcott).
Etnografi adalah suatu uraian dan penafsiran dari suatu kebudayaan atau kelompok sosial atau sistem. Walaupun ada perselisihan paham yang pantas dipertimbangkan tentang makna dari istilah “budaya”, pada dasarnya pola tindakan yang dipelajari meliputi, bahasa, kepercayaan, upacara agama, dan jalan hidup. Sebagai suatu proses, Etnografi meliputi perpanjangan bidang kerja dengan mengunakan observasi dan wawancara sederhana. Ada beberapa macam perbedaan Etnografi. Hal ini mengingat banyak para ahli Antropologi mengerjakan observasi peserta di dalam ilmu pengetahuan suatu budaya etnografik, para peneliti di bidang pendidikan menggunakan teknik tersebut untuk menghasilkan mikroetnografis (Erickson, 1973; Lecompte & Preissle, 1993; Wolcott, 1995). Mikroetnografi adalah suatu studi observasi yang merupakan salah satu aspek peserta suatu komponen kebudayaan (pendidikan) seperti para peserta di dalam suatu aktivitas di bidang pendidikan, yaitu suatu kelas atau kota para peserta di dalam suatu program inovatif. Jika studi tersebut adalah suatu ujian dari suatu aktivitas sangat spesifik secara menyeluruh, atau dari suatu unit yang sangat kecil di dalam suatu organisasi atau dari pemikiran praktis sehari-hari dan percakapan yang biasa, hal itu adalah suatu Etnometolologi

Bagian Ke 7Comments  on the science of teaching (paul goodlad)
Goodlad (1984) menyatakan bawa pendidikan dilihat dari sisi orientasi, ada yang memfokuskan pada pemberdayaan individu peserta didik atau berorientasi pada tujuan personal (private goals), dan ada pula yang memfokuskan pada pencapaian tujuan kolektif (public goals). Pemikiran pendidikan yang berorientasi pada tujuan personal (private goals), yaitu pendidikan yang mengembangkan peserta didik dalam 4 tujuan: vocational, social, intellectual, dan personal. Sebaliknya, pemikiran pendidikan yang berorientasi pada tujuan kolektif/umum (public goals) cenderung terikat dengan kepentingan kolektifitas masyarakat tertentu seperti Negara. Negara yang cenderung menekankan pengembangan ekonomi sebagai prioritas utama akan menciptakan model sekolah yang segaris dengan tujuan Negara dalam pembangunan ekonomi. Di sinilah terjadi kenyataan antara perbedaan sekolah yang berorientasi pada tujuan individu (private goals) dengan tujuan umum (public goals) (Joel Spring, 1989: 4-5). Menurut aliran anarkisme, pendidikan bertujuan untuk membawa perombakan berskala besar dan cepat dalam masyarakat dengan cara menghilangkan persekolahan wajib. Sistem sekolah formal yang ada sekarang harus dihapuskan, lalu diganti dengan pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri. Artinya, akses yang bebas dan universal untuk memperoleh bahan atau materi pendidikan harus tersedia. Selain itu, kesempatan belajar mandiri harus tercipta bagi siapa saja, tanpa sistem pengajaran wajib. Aliran anarkisme menekankan pilihan bebas dan penentuan nasib sendiri, dalam sebuah latar belakang sosial yang sehat dan humanis. Siswa bebas menentukan sendiri metode belajarnya. Dan pembelajarannya pun tidak hanya bersifat kognitif dan afektif semata, tetapi menyeluruh.
Saat edukator (pendidik) berperan mempengaruhi perkembangan siswa menurut penyusunan kurikulum, mereka akan memacu kapasitas individu dalam belajar. Para guru tidak sepenuhnya memperhatikan situasi yang bermanfaat bagi para siswa. Goodman bahkan menyatakan lebih baik kaum miskin dan menengah tidak sekolah. Goodman berpendapat, masyarakat luas adalah korup dan rapresif. Anak-anak memiliki kemampuan alami untuk menentukan pengalaman apa yang paling baik untuk belajar, jika diberi kebebasan.
Kelemahan utama dari rancangan berbasis pelajar adalah ketidakefisienan edukasinya. Para siswa tidak memiliki pengalaman yang menuntun mereka mengetahui apa yang mereka butuhkan untuk belajar. Kelemahan kedua adalah kurangnya penentuan struktur horizontal. Kritikan ketiga yaitu kurangan kontinuitas. Memusatkan rancangan pada kemauan siswa menyebabkan sulitnya mempertahankan kontinuitas. Hal ini karena ketertarikan siswa tidak bisa diprediksi.

Bagian Ke 8. MASS EDUCATION : GENERAL
Citizenship or certification ( Thomas F. Green)
Thomas F. Green (1971) mengajukan pertanyaaan: sebenarnya pendidikan massal itu untuk apa? Untuk kewargaan atau untuk kebutuhan sertifikasi? Menjawab pertanyaan ini, Green menggunakan pendekatan historis dalam menggambarkan fungsi pendidikan, dia juga melakukan kritik di mana pendidikan tidak semata-mata berfungsi sebagai pendidikan kewargaan (citizenship) tetapi juga mempunyai fungsi lain. Green kemudian mengembangkan tipologi bahwa pendidikan melayani dua kepentingan, yaitu: Pertama, merujuk Jeferson yang menyatakan bahwa fungsi paling fundamental dari pendidikan adalah berkaitan dengan pembangunan kewarganegaraan, pendidikan adalah usaha untuk membuat kesadaraan menjadi warga yang demokratis. Kedua, selain sebagai pendidikan kewargaan Green mengemukakan kenyataan bahwa pendidikan juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sertifikasi kemampuan sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan dunia pekerjaan.
Bagian Ke -9 The school as a small society (Bud b. Khleif) Sekolah bagian dari masyarakat kecil
Implikasi proses pendidikan di sekolah terkait dengan pengembangan identitas, juga dipengaruhi oleh seting lembaga pendidikan tersebut. Thomas Barfield menyebutkan seting pendidikan itu bisa terkait dengan hubungan institusi pendidikan dengan institusi-institusi lain. Thomas Barfield mencontohkan bentuk keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi lain itu seperti intitusi pendidikan dengan agama seperti yang terjadi pada masa-masa sebelum modern, keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi ekonomi, keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi militer
Bgian ke 10 Is education Possible ? (Jules henry)
Perhatian terhadap budaya juga merupakan dasar untuk antropologi dan pendidikan, yang melibatkan penelitian yang memanjang dari kelas ke rumah, lingkungan, dan masyarakat. Di kelas, antropolog telah mengamati interaksi antara guru, siswa, orang tua, dan pengunjung. Akun klasik Jules Henry sekolah dasar kelas Amerika (1955) menunjukkan bagaimana siswa belajar untuk menyesuaikan dan bersaing dengan rekan-rekan mereka. Antropolog menganggap anak-anak sebagai jumlah makhluk yang sikap budaya terhadap pendidikan dan enkulturasi dari konteks yang meliputi keluarga dan rekan-rekan mereka. Sociolinguists dan antropolog budaya bekerja berdampingan dalam penelitian pendidikan. Sebagai contoh, dalam sebuah studi dari Puerto Rico ketujuh kelas di Midwest perkotaan (Hill-Burnett 1978), antropolog menemukan beberapa kesalahpahaman yang dimiliki oleh guru. Guru keliru berpikir bahwa Puerto Rico orangtua menghargai pendidikan kurang dari non-Hispanik, tetapi dalam wawancara mendalam mengungkapkan bahwa Puerto Rico tua bernilai lebih. Antropolog juga menemukan bahwa praktek-praktek tertentu yang mencegah Hispanik dari berpendidikan memadai. Sebagai contoh, Uni guru dan Dewan Pendidikan telah setuju untuk mengajar "Bahasa Inggris sebagai bahasa asing." Namun, mereka tidak memberikan guru bilingual untuk bekerja
Bagian ke 11 Toward a philosophy of education Given Crisis in Mas Education in Our Times (John T. Seeley)
Ickhen Safa mengangkat peran pendidikan dalam proses modernisasi dan integrasi nasional. Proses ‘national building’ meliputi konsolidasi tidak hanya pada aspek material, tetapi juga dalam wilayah ideologis, penekanan tidak hanya pada usaha mobilisasi dan pengembangan sumber-sumber daya yang dimiliki Negara melainkan juga usaha pencapaian pada konsensus ideologis yang mengikat orang dalam kebersamaan nilai-nilai dan tujuan. Ickhen Safa mengutip salah satu antropolog yang peduli terhadap tema ‘nation building’ yaitu Julian Steward (1950, pp. 107-108) yang menyatakan bahwa proses integrasi sosio kultural tidaklah hanya penyatuan sejumlah dan perbedaan aspek-aspek masyarakat, tetapi juga pada perkembangan fungsi interdependensi antar aspek itu

MAS Education : reseach Report
Bahian ke 12 Theoritical and methodology problems in the study of school
(eleanor B. leacock)
Kepentingan utama hubungan sosial untuk memahami ketidaksetaraan sosial ekonomi dan seksual dan hirarki semuanya terkait satu sama lain. Mereka mengembangkan suatu kerangka historis untuk mempertimbangkan hubungan antara hierarki sosial ekonomi dan seksual dengan mendefinisikan empat jenis sejarah secara luas dari hubungan produksi:
1.    Egaliter hubungan antara kebanyakan pemburu-pengumpul dan orang-orang horticultural. Perempuan memiliki otonomi, aneka ragam peran ekonomi, dan kekuasaan pengambilan keputusan.
2.    Ketimpangan dalam masyarakat disebabkan oleh pertumbuhan perdagangan, spesialisasi, dan reorganisasi hubungan produksi. Secara khusus, sebuah “publik” sektor ekonomi terkait dengan produksi untuk akumulasi kekayaan dan usaha adalah berbeda dari rumah tangga “pribadi”, atau keturunan, sektor terkait dengan produksi untuk pengganti dan berbagi. Pria bertanggungjawab dalam perburuan dan peperangan sering dipimpin langsung untuk perdagangan mereka mendominasi dan hubungan politik eksternal. Pertumbuhan ruang publik merusak posisi perempuan yang sebelumnya egaliter.
3.    Hubungan bertingkat dalam masyarakat praindustri. Rumah tangga patriarki menjadi unit ekonomi independen. Pekerjaan perempuan semakin diprivatisasi.
4.    Eksploitasi dalam masyarakat kapitalis industri di mana penaklukan orang umumnya disejajarkan dengan penaklukan khusus terhadap perempuan. (Etienne dan Leacock 1980: 8-16)

Bagian 13 Rhetoric versus reality : A study of new york city high school system (arthur J Vidich and charles Mc reynold)
Diskusi tentang tema atau teori identitas, Gordon Marshall merumuskan dua pendekatan utama memahami identitas: psikhodinamis dan sosiologis. Pokok utama dari kedua pendekatan itu adalah diskusi menghadapi pendekatan esensialis yang membangun asumsi bahwa identitas adalah sesuatu yang unik, esensial dalam konteks ‘sesungguhnya saya (real me)’ yang koheren dan kurang lebih sama sepanjang hidup. Menghadapi asumsi ini, kedua pendekatan teori psikhoanalitis dan sosiologis mengembangkan asumsi bahwa di sana terdapat variasi derajat yang menunjukkan bahwa identitas adalah entitas yang dibentuk (constructed). Dalam pandangan Marshall, pendekatan psikhodinamik berkembang dari teori identifikasi Freud, di mana seorang anak manusia hadir ke dunia mengalami asimilasi dengan orang atau obyek lain, biasanya adalah superego dari orang tua. Di sisi lain pendekatan sosiologis memandang identitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan interaksi simbolik dan berkembang dari teori pragmatism yang dikembangkan oleh William James dan George Herbert Mead.
NATION and Enclaves
Bagian ke 14 Education, modernization and process of national integration (helen inken safa)
Ickhen Safa mengangkat peran pendidikan dalam proses modernisasi dan integrasi nasional. Proses ‘national building’ meliputi konsolidasi tidak hanya pada aspek material, tetapi juga dalam wilayah ideologis, penekanan tidak hanya pada usaha mobilisasi dan pengembangan sumber-sumber daya yang dimiliki Negara melainkan juga usaha pencapaian pada konsensus ideologis yang mengikat orang dalam kebersamaan nilai-nilai dan tujuan. Ickhen Safa mengutip salah satu antropolog yang peduli terhadap tema ‘nation building’ yaitu Julian Steward (1950, pp. 107-108) yang menyatakan bahwa proses integrasi sosio kultural tidaklah hanya penyatuan sejumlah dan perbedaan aspek-aspek masyarakat, tetapi juga pada perkembangan fungsi interdependensi antar aspek itu.

Bagian ke 15 Indian, hillbilies and the educational problem ( robert k . Thomas
Implikasi proses pendidikan di sekolah terkait dengan pengembangan identitas, juga dipengaruhi oleh seting lembaga pendidikan tersebut. Thomas Barfield menyebutkan seting pendidikan itu bisa terkait dengan hubungan institusi pendidikan dengan institusi-institusi lain. Thomas Barfield mencontohkan bentuk keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi lain itu seperti intitusi pendidikan dengan agama seperti yang terjadi pada masa-masa sebelum modern, keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi ekonomi, keterkaitan institusi pendidikan dengan institusi militer
Bagian Ke 16 Comparative research upon the school and education (Muray L. wax)
Orang dapat melihat-carry over dari studi banding di ilmu awal kehidupan untuk tren utama dalam ilmu sosial. Kita ingat, bahwa Auguste Comte (1998: 132-37), bapak sosiologi, yang pertama kali berlabel lapangan sosiologi komparatif, memberikan kredit untuk fisiologi untuk banyak berpikir, dan gagasan tentang masyarakat sesuai menyolok dengan tangga "menjadi "dalam studi anatomi. Artinya, ia yakin masyarakat berkembang melalui serangkaian tahapan ditetapkan, dengan Eropa di puncak dari proses ini. Sosial evolusi terdiri dari tiga tahap utama: teologis (agama), maka metafisik (filosofis), dan akhirnya positif (ilmiah) tahap. Dalam teorinya ia membedakan antara "statika" dan "dinamika" statika Nya. Akan bergema oleh mereka menekankan tatanan sosial dan fungsionalisme, sementara dinamika nya akan ditekankan oleh tertarik pada perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan kekuatan yang akan memberikan kontribusi kepada mereka perubahan ini. Menurut Comte, pekerjaan utama sosiolog akan menyelidiki masyarakat dan menempatkannya di panggung tepat evolusi perkembangan mereka.
Pada paruh kedua abad kesembilan belas, sosiologi berkembang menjadi disiplin yang diakui, dan pendirinya mengembangkan sebuah paradigma yang mengikuti kerangka konseptual Compte dalam bahwa masyarakat terlihat untuk kemajuan melalui beberapa tahap, termasuk tahap primitif, tahap tradisional dan akhirnya modern panggung. Dua tahap akhir mewakili suatu bangunan sosial dikotomis, dunia modern membentuk satu ekstrim ideal dari membangun dan membentuk tradisional lainnya. Kerangka gema homogenitas Herbert Spencer dan diferensiasi, tradisionalisme Max Weber dan rasionalisme, Emile Durkheim organik untuk organisasi mekanik, dan masyarakat Ferdinand Tönnies 'dan masyarakat. Kerangka dikotomis ini menunjukkan suatu gerakan linier antara dua ekstrem. Sebuah negara diyakini memodernisasi ketika kehilangan ciri tradisional dan mengambil karakteristik modern. Penting untuk dicatat bahwa tidak semua para ulama yang disebutkan di atas melihat modern sebagai uang muka atas tradisional. Durkheim (1893), misalnya, melihat pergeseran dari organik ke kehidupan sosial mekanis menjadi langkah mundur dalam organisasi sosial. Sebuah asumsi dasar dari sosiolog komparatif telah bahwa hirarki sosial yang ada dan bentuk tugas comparativist adalah untuk mengklasifikasikan berbagai masyarakat dan menempatkannya di stasiun yang sesuai hirarki mereka.
Walaupun tampaknya ada kerangka studi banding meresap dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan komparatif, ada sejumlah kerangka komparatif lainnya. Saya akan garis tiga alternatif: tipologi sistem ahistoris, studi sejarah dalam perspektif lintas budaya, dan studi pengaruh lintas batas nasional.
Salah satu variasi utama dalam pekerjaan klasifikasi antara comparativists adalah usaha untuk mengklasifikasikan sistem sosial dan struktur yang tidak menyarankan pengaturan evolusi atau hirarkis. Perbandingan politik sangat dikenal karena ahistoris upaya untuk mengembangkan kategori mewakili dunia politik kontemporer. Meskipun juga telah memberikan perhatian untuk modernisasi dan pembangunan politik, utamanya politik komparatif warisan, yang bunga dalam mengklasifikasikan jenis rezim yang ada, mencari setara bahasa dalam sistem politik yang berbeda, dan mengelompokkan fungsi masing-masing. Kita semua akrab dengan cara berikut yang berkuasa: pemerintahan monarki satu (), aturan dari sedikit (bangsawan), dan aturan demokrasi (banyak). Tidak ada saran dalam skema bahwa satu bentuk pemerintahan berevolusi dari bentuk lain, atau bahwa satu bahkan lebih baik daripada yang lain. Bahkan, setiap jenis memiliki sisi gelap di bahwa monarki dapat merosot menjadi tirani atau despotisme, aristokrasi dapat menjadi oligarki, dan demokrasi bisa menjadi kacau massa atau bentuk yang berkuasa.
Demikian pula, spesialis dalam hukum perbandingan tertarik dalam isi normatif dari berbagai sistem hukum. Mereka berusaha untuk mendefinisikan sistem hukum keluarga seperti hukum Romawi, hukum umum, atau hukum sosialis, dan mengidentifikasi norma-norma dan cara berpikir yang terjadi dalam keluarga-keluarga hukum.

Sedangkan tipologi ahistoris mendominasi bidang perbandingan yakin, pendidikan komparatif telah memberikan sedikit perhatian untuk tipologi nasional. Ini tampaknya sangat mendasar bahwa bidang perbandingan hampir tidak ada dalam arti yang bermakna kecuali objek penelitian telah diklasifikasikan dalam beberapa cara yang ketat sehingga penelitian adalah kumulatif. Perbandingan pendidik harus bergantung pada tipologi yang diambil dari bidang lain, tetapi tidak berbuat banyak untuk memperluas dan meningkatkan bentuk tipologi pendidikan. Memang benar bahwa Marc Antoine Jullien, dilihat oleh banyak orang sebagai bapak pendidikan komparatif, adalah salah seorang ulama modern pertama yang mendirikan desain klasifikasi yang akan memfasilitasi pengumpulan dan katalogisasi data tentang sistem sekolah yang berbeda. Skema ini telah ditahan sampai hari ini (Holmes 1981: 89). Beberapa pekerjaan awal dilakukan oleh Pedro Rosello, dan diikuti oleh para sarjana seperti Franz Hilker (1962) dan George Bereday (1964), yang diasumsikan bahwa sebelum penjajaran bisa terjadi dalam proses perbandingan, klasifikasi jelas akan diperlukan. Namun, itu biasanya jatuh pada badan-badan internasional dan organisasi untuk mengklasifikasi data pendidikan internasional, terutama karena kelompok-kelompok seperti Biro Pendidikan Internasional, Unesco, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, dan Dewan Eropa, yang mulai mengumpulkan informasi tentang pendidikan di berbagai pengaturan nasional, diakui perlunya menggunakan seperangkat kategori standar. Fokus dasar skema terbanyak adalah pada tingkat dan jenis pendidikan, dan telah lama jelas bahwa tata-nama, dan fleksibilitas skema hanya kira-kira yang sesuai dengan kebanyakan negara. Meskipun upaya organisasi-organisasi internasional, bekerja kumulatif sedikit yang datang dari permohonan awal mereka untuk upaya klasifikasi sistematis. Selain itu, para sarjana pendidikan komparatif memiliki sedikit hubungannya dengan skema yang paling, dalam beberapa hal karena mereka telah mengambil tertarik untuk berkontribusi dalam proses tersebut. Tentu saja ada pengecualian, termasuk Brian Holmes (1981: Ch. 5) atau Philip Coombs (1968). Beberapa karya saya sendiri telah melibatkan klasifikasi sekolah.

Beberapa bidang perbandingan humanistik memberi perhatian yang kuat terhadap asal-usul dan sejarah jika mereka pokok. filologi perbandingan adalah kasus yang baik di titik. Filolog umumnya merasa tidak patut untuk menunjukkan bahwa bahasa berkembang dalam arti istilah konvensional, karena umumnya menyiratkan evolusi gagasan perubahan atau perbaikan yang progresif, dan filolog komparatif jarang telah bersalah atas menunjukkan bahwa satu bentuk bahasa yang lebih unggul dari yang lain. Sebaliknya, filolog adalah konten untuk melacak perubahan yang terjadi pada suara, dalam kata-kata, dalam ejaan, dalam tata bahasa, dll, dan bergabung dengan sosial-ahli linguistik dalam mempelajari kekuatan kontekstual berhubungan dengan perubahan-perubahan bahasa.
Franz Bopp, pendiri filologi komparatif, terutama tertarik pada genesis bentuk-bentuk linguistik setidaknya mereka tergolong ke bahasa Indo-Eropa (Ludwig Henning Delbrück 1882). Mereka filolog komparatif yang mengikuti Bopp percaya akar sejarah bahasa hanya bisa dicapai melalui perbandingan (Sayce 1892). Mereka telah berusaha mengumpulkan sejarah spesies manusia dengan terlibat dalam sebuah studi ilmiah tentang sejarah bahasa. filologi Kontemporer perbandingan, sekarang biasanya disebut linguistik komparatif, terus fokus pada rekonstruksi bentuk-bentuk awal bahasa dan perubahan yang terjadi dalam bahasa.
Penelitian sejarah memainkan peran penting sebagai bidang pendidikan komparatif tersebut didefinisikan. Banyak perintis awal lapangan itu sendiri sejarawan, termasuk Robert Ulich, Ishak Kandel, Harold Benyamin dan William W. Brickman. Mereka yang menulis buku teks awal, termasuk Ishak Kandel (1933) serta DI Thut dan Don Adams (1964), mengambil pendekatan historis untuk studi negara mereka. Namun, pekerjaan mereka menyimpang dari yang nyata dari filolog komparatif. Pertama, filologi sementara telah mempertahankan fokus pada asal-usul bahasa, sedikit perhatian diberikan dalam pendidikan komparatif terhadap asal-usul dari setiap aspek pendidikan. Sebaliknya, sejarah pendidikan biasanya diuraikan dalam rangka memberikan rasa konteks dan setting sosial di mana masalah pendidikan tertentu berada. Kedua, ada umumnya cacat metodologis dalam catatan sejarah pendidik komparatif. Karena pendidikan komparatif awal global di alam, studi sejarah pelopor ini medan yang dihasilkan didasarkan hampir secara eksklusif berdasarkan sumber-sumber sekunder. Bahkan, Auguste Comte (1988) berpendapat bahwa sesuai dengan mengandalkan sumber sekunder ketika mempelajari sejarah masyarakat. Namun, tradisi yang tidak menyebabkan kredibilitas besar dalam karya bersejarah mereka.
Sementara studi historis memainkan beberapa peran dalam pendidikan perbandingan kontemporer, tidak signifikan. Dalam pekerjaan survei kami di UCLA, yang disebutkan di atas, kita telah menemukan sekarang hanya sedikit perhatian diberikan pada historiografi, hanya 10,3 persen dari penulis ditinjau dinilai mencakup sejarah sebagai bagian dari publikasi riset mereka (karat dan Lainnya, 1999). Aku berbalik sekarang ke kategori berikutnya perbandingan: pengaruh lintas budaya.


Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Recent Post

Mampir Dulu
 
Support : Creating Website | UJANG MURNA WIJAYA Template | AA UJANG
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ujang Murana Wijaya - All Rights Reserved
Template Design by CREATIVE Published by JAMUR