Headlines News :

PROFIL

Ujang Murana Wiajya, 23 Juli 1990

Selasa, 22 April 2025

Home » » ANALISIN PERBANDINGAN KURIKULUM AFRIKA SELATAN DENGAN INDONESIA

ANALISIN PERBANDINGAN KURIKULUM AFRIKA SELATAN DENGAN INDONESIA

Written By Unknown on Monday, February 23, 2015 | 2:45 AM












BAB I
 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk menjadikan orang lain dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya guna kelangsungan dan kebermaknaan hidupnya. Dengan demikian pendidikan bukan hanya menjadi urusan pribadi seseorang melainkan berkaitan dengan sekelompok orang atau negara. Pendidikan yang dilakukan oleh suatu negara akan berhasil dengan baik apabila dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian serta pengembangan yang baik.
Salah satu usaha pengevaluasian atau pengembangan adalah dengan cara membandingkan pendidikan suatu negara dengan negara lainnya. Misalnya pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan pendidikan di negara lain, misalnya negara-negara ASEAN, Eropa, Amerika, atau Afrika atau negara-negara Asia lainnya. Yang dibandingkan dapat berupa sejarah, kebijakan, kurikulum, sistem pendidikan, dan sebagainya. Perbandingan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun suatu lembaga pemerintah atau non pemerintah. Melalui perbandingan ini diharapkan dapat menjadi suatu pembelajaran bagi pembangunan pendidikan terutama di Indonesia pada umumnya dan lembaga pendidikan pada khususnya..
Salah satu negara di Benua Afrika yang memiliki persamaan sejarah dengan Indonesia adalah Republik Afrika Selatan. Persamaannya adalah sama-sama pernah dijajah oleh Bangsa Eropa seperti Belanda dan Inggris. Bahkan sampai sekarang ini di terdapat tiga bangsa yang besar tinggal di negara itu, yaitu bangsa Afrika Selatan Asli, Afrikaner (Belanda) dan Inggris. Walaupun sudah merdeka dari Inggris pada tahun 1961, Afrika Selatan mengalami masa suram yaitu diberlakukannya politik Apartheid (1948-1994). Sebuah pengorbanan dan usaha yang besar dilakukan untuk merombak sistem pemerintahan termasuk pendidikan setelah tamatnya apartheid dari Afrika Selatan pada tahun 1994.
Dalam hal ini ketertarikan untuk membandingkan Afrika dengan Indonesia dalam bidang pendidikan, karena selain memiliki sejarah yang hampir sama, juga sebagai negara yang sedang berkembang sudah tentu sebanding untuk diperbandingkan. Namun apakah latar belakang sejarah tersebut berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan di kedua negara tersebut, atau sejauh mana pendidikan yang berlangsung di kedua negara tersebut. Ini merupakan suatu kajian yang perlu di angkat ke permukaan. Penulis melihat perlu adanya suatu pengkajian untuk menguak pendidikan di kedua negara tersebut. Melalui pengkajian ini diharapkan akan muncul titik terang pelaksanaan pendidikan di Afrika Selatan dan Indonesia. Apakah ada persamaan atau perbedaan pelaksanaan pendidikan di kedua negara tersebut, atau mungkin sama sekali tidak ada persamaan, mengingat kedua negara tersebut di lihat dari etnik, budaya, agama yang berbeda, atau mungkin mengingat faktor-faktor lain yang tidak dapat diuraikan satu persatu.
Untuk mencari persamaan dan perbedaan pendidikan di kedua negara tersebut, maka sebaiknya dilakukan identifikasi terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Pembicaraan mengenai pendidikan bukanlah suatu pembicaraan yang sempit atau singkat, melainkan suatu pembicaraan yang panjang dan luas. Mudyahardjo (2001:3) mengartikan pendidikan sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dari pengertian di atas jelas bahwa pembicaraan tentang pendidikan berkaitan dengan individu yang mengalami pendidikan, lokasi atau tempat tinggalnya, tempat memperoleh pendidikan, dan sebagainya, berarti harus jelas yang mana yang harus dibandingkan. Untuk membandingkan pendidikan suatu negara dengan negara lain terlebih dahulu mengidentifikasi masalah pendidikan kedua negara tersebut, karena banyak sekali yang harus dibandingkan. Apakah jenjang pendidikan pendidikan, mata pelajaran, kurikulum, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Dengan melakukan identifikasi inilah usaha perbadingan akan berjalan dengan baik.
Salah satu unsur pendidikan yang dapat dikatakan sentral pendidikan adalah kurikulum. Penulis memandang kurikulum merupakan suatu pengkajian yang menarik. Melalui kurikulum yang baik diharapkan akan dapat menghantarkan peserta didik ke pencapaian kompetensi yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Penkajian kurikulum di bidang pendidikan di Afrika Selatan ini dilakukan mengingat penulis sendiri adalah sebagai seorang guru, diharapkan akan menjadi tambahan ilmu di bidang kependidikan. Di dalam kurikulum suatu jenjang pendidikan, terdapat mata pelajara-mata pelajaran yang dapat dijadikan bahan perbandingan pula. Inipun dapat dijadikan bahan perbandingan, apalagi mengingat penulis sebagai seorang guru yaitu guru Ilmu Pengetahuan Sosial (terpadu).
B. Kajian Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah adalah sebagai berikut.
a.       Apa persamaan dan perbedaan prinsip pengembangan kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia.
b.      Apa persamaan dan perbedaan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar di Afrika Selatan dan Indonesia ?
c.       Apakah ada persamaan dan perbedaan materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di Afrika Selatan dan Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui:
a.       Persamaan dan perbedaan prinsip pengembangan kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia.
b.      Persamaan dan perbedaan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar  di Afrika Selatan dan Indonesia ?
c.       Persamaan dan perbedaan materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di Afrika Selatan dan Indonesia ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia
1.  Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan
Apabila dilihat dari segi waktu peluncuran kurikulum yang paling baru, tidak ada perbedaan yang begitu mencolok antara Afrika Selatan dan dan Indonesia. Afrika Selatan baru saja meluncurkan Curriculum 2005 (Kurikulum 2005) yang disebut National Curriculum Statement (NCS) sebagai kurikulum yang berlaku di negara tersebut. Kurikulum yang baru ini merupakan kurikulum revisi dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum sebelumnya merupakan kurikulum yang dihasilkan oleh pemerintahan lama semasa Apartheid. Kurikulum 2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Hampir bersamaan dengan Afrika Selatan, Indonesia pun meluncurkan Kurikulum 2004 yang disebut juga KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang dalam perkembangan selanjutnya dimunculkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau Kurikulum 2006. Baik kurikulum 2005 atau RNCS (Afrika Selatan) dan KTSP (Indonesia), kedua-duanya merupakan upaya menjadikan pendidikan di masing-masing negara agar lebih maju dan berkualitas.
Sehubungan dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan oleh kurikulum tersebut.  Curriculum 2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah Afrika Selatan dalam Website nya sebagai berikut :
The National Curriculum Statement (NCS) aims to develop the full potential of all learners as citizens of a democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate in society as a ctritical and active citizen.
(Artinya:bertujuan untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai warga negara Afrika Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan menciptakan suatu peserta didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri yaitu melek huruf , melek angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan, dengan tanggap terhadap lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan sosial sebagai warga negara yang aktif dan kritis).
Kurikulum yang direvisi (RNCS) tidak banyak mengubah kurikulum 2005. Ada beberapa hal pokok yang mengalami perubahan yaitu melihat kembali struktur dan desain kurikulum 2005, orientasi guru, pengembangan dan pelatihan, bahan-bahan pendukung pembelajaran, dukungan provinsi terhadap guru-guru di sekolah dan implementasinya. Melalui kurikulum yang direvisi ini diharapkan akan mampu membangun visi dan nilai dari perundang-undangan dan kurikulum  2005. Kurikulum yang direvisi (The Revised National Curriculum Statement) mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.       Sosial tranformation (transformasi sosial)
b.      Outcomes based education (pendidikan berbasis lulusan)
c.       High knowledge and high skills (pengetahuan dan keterampilan yang tinggi)
d.      Intergration and applied competence (kompetensi yang dapat diterapkan dan terintegrasi
e.        Progression (meningkat/ maju)
f.        Articulation and portability (berkesinambungan dan dapat dengan mudah)
g.      Human right, inclusivity,environmental and social justice (hak azazi manusia,  menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial)
h.      Valuing indigenous knowledge systems (Penilaian sistem pengetahuan murni)
i.        Credibility, quality and effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)


Berikut ini adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip kurikulum di Afrika Selatan (Introducing The National Curriculum Statement)
a. Social transformation
The Constitution of the Republic of South Africa forms the basis for social transformation in our post-apartheid society. The imperative to transform South African society by making use of various transformative tools stems from a need to address the legacy of apartheid in all areas of human activity and in education in particular. Social transformation in education is aimed at ensuring that the educational imbalances of the past are redressed, and that equal educational opportunities are provided for all sections of our population. If social transformation is to be achieved, all South Africans have to be educationally affirmed through the recognition of their potential and the removal of artificial barriers to the attainment of qualifications.
b. Outcomes-based education
Outcomes-based education (OBE) forms the foundation for the curriculum in South Africa. It strives to enable all learners to reach their maximum learning potential by setting the Learning Outcomes to be achieved by the end of the education process. OBE encourages a learner-centred and activity-based approach to education. The National Curriculum Statement builds its Learning Outcomes for Grades 10 – 12 on the Critical and Developmental Outcomes that were inspired by the Constitution and developed through a democratic process. The Critical Outcomes require learners to be able to:
ü  identify and solve problems and make decisions using critical and creative thinking;
ü  work effectively with others as members of a team, group, organisation and community;
ü  organise and manage themselves and their activities responsibly and effectively;
ü  collect, analyse, organise and critically evaluate information;
ü  communicate effectively using visual, symbolic and/or language skills in various modes;
ü  use science and technology effectively and critically showing responsibility towards the environment and the health of others; and
ü  demonstrate an understanding of the world as a set of related systems by recognising that problem solving contexts do not exist in isolation.
The Developmental Outcomes require learners to be able to:
ü  reflect on and explore a variety of strategies to learn more effectively;
ü  participate as responsible citizens in the life of local, national and global communities;
ü  be culturally and aesthetically sensitive across a range of social contexts;
ü  explore education and career opportunities; and
ü  develop entrepreneurial opportunities.
c. High knowledge and high skills
The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to develop a high level of knowledge and skills in learners. It sets up high expectations of what all South African learners can achieve. Social justice requires the empowerment of those sections of the population previously disempowered by the lack of knowledge and skills. The National Curriculum Statement specifies the minimum standards of knowledge and skills to be achieved at each grade and sets high, achievable standards in all subjects.
d. Integration and applied competence
Integration is achieved within and across subjects and fields of learning. The integration of knowledge and skills across subjects and terrains of practice is crucial for achieving applied competence as defined in the National Qualifications Framework. Applied competence aims at integrating three discrete competences – namely, practical, foundational and reflective competences. In adopting integration and applied competence, the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to promote an integrated learning of theory, practice and reflection.
e. Progression
Progression refers to the process of developing more advanced and complex knowledge and skills. The Subject Statements show progression from one grade to another. Each Learning Outcome is followed by an explicit statement of what level of performance is expected for the outcome. Assessment Standards are arranged in a format that shows an increased level of expected performance per grade. The content and context of each grade will also show progression from simple to complex.
f. Articulation and portability
Articulation refers to the relationship between qualifications in different National Qualifications Framework levels or bands in ways that promote access from one qualification to another. This is especially important for qualifications falling within the same learning pathway. Given that the Further Education and Training band is nested between the General Education and Training and the Higher Education bands, it is vital that the Further Education and Training Certificate (General) articulates with the General Education and Training Certificate and with qualifications in similar learning pathways of Higher Education. In order to achieve this articulation, the development of each Subject Statement included a close scrutiny of the exit level expectations in the General Education and Training Learning Areas, and of the learning assumed to be in place at the entrance levels of cognate disciplines in Higher Education. Portability refers to the extent to which parts of a qualification (subjects or unit standards) are transferable to another qualification in a different learning pathway of the same National Qualifications Framework band. For purposes of enhancing the portability of subjects obtained in Grades 10 – 12, various mechanisms have been explored, for example, regarding a subject as a 20-credit unit standard. Subjects contained in the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) compare with appropriate unit standards registered on the National Qualifications Framework.
g. Human rights, inclusivity, environmental and social justice
The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to promote human rights, inclusitivity, environmental and social justice. All newly-developed Subject Statements are infused with the principles and practices of social and environmental justice and human rights as defined in the Constitution of the Republic of South Africa. In particular, the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) is sensitive to issues of diversity such as poverty, inequality, race, gender, language, age, disability and other factors. The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) adopts an inclusive approach by specifying minimum requirements for all learners. It acknowledges that all learners should be able to develop to their full potential provided they receive the necessary support. The intellectual, social, emotional, spiritual and physical needs of learners will be addressed through the design and development of appropriate Learning Programmes and through the use of appropriate assessment instruments.
h. Valuing indigenous knowledge systems
In the 1960s, the theory of multiple-intelligences forced educationists to recognise that there were many ways of processing information to make sense of the world, and that, if one were to define intelligence anew, one would have to take these different approaches into account. Up until then the Western world had only valued logical, mathematical and specific linguistic abilities, and rated people as ‘intelligent’ only if they were adept in
these ways. Now people recognise the wide diversity of knowledge systems through which people make sense of and attach meaning to the world in which they live. Indigenous knowledge systems in the South African context refer to a body of knowledge embedded in African philosophical thinking and social practices that have evolved over thousands of years. The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) has infused indigenous knowledge systems into the Subject Statements. It acknowledges the rich history and heritage of this country as important contributors to nurturing the values contained in the Constitution. As many different perspectives as possible have been included to assist problem solving in all fields.
i. Credibility, quality and efficiency
The National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to achieve credibility through pursuing a transformational agenda and through providing an education that is comparable in quality, breadth and depth to those of other countries. Quality assurance is to be regulated by the requirements of the South African Qualifications Authority Act (Act 58 of 1995), the Education and Training Quality Assurance Regulations, and the General and Further Education and Training Quality Assurance Act (Act 58 of 2001).
Kurikulum 2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang disebut Revised National Curriculum Statement (RNCS). Sehubungan dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan oleh kurikulum tersebut. Curriculum 2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah Afrika Selatan dalam Website nya sebagai berikut : The National Curriculum Statement (NCS) aims to develop the full potential of all learners as citizens of a democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate in society as a ctritical and active citizen.
Berikut ini adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip kurikulum di Afrika Selatan (Introducing The National Curriculum Statement) a. Social transformation The Constitution of the Republic of South Africa forms the basis for social transformation in our post-apartheid society. The imperative to transform South African society by making use of various transformative tools stems from a need to address the legacy of apartheid in all areas of human activity and in education in particular. Social transformation in education is aimed at ensuring that the educational imbalances of the past are redressed, and that equal educational opportunities are provided for all sections of our population. If social transformation is to be achieved, all South Africans have to be educationally affirmed through the recognition of their potential and the removal of artificial barriers to the attainment of qualifications.
Pendidikan berbasis hasil /lulusan Pendidikan berbasis lulusan (OBE) menjadi dasar kurikulum yang berusaha sedapat Mengembangkan potensi  peserta didik dengan mencapai hasil belajar yang maksimal dengan menetapkan hasil belajar yang ingin dicapai pada akhir proses belajar mereka. OBE mendorong pendekatan berpusat pada peserta didik dan berbasis aktivitas pendidikan. Kurikulum Nasional menyatakan bahwa lulusan kelas  10 – 12 adalah mampu bersikap kritis dan memiliki mental pembangunan. Hal ini dikembangkan melalui proses pendidikan yang demokratis. Dengan demikian lulusan harus dapat :
ü  Mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan membuat keputusan menggunakan     pemikiran kritis dan kreatif;
ü  Bekerja secara efektif dengan orang lain sebagai anggota tim, kelompok, organisasi dan    masyarakat;
ü  Mengatur dan mengelola diri mereka sendiri dan kegiatan mereka secara bertanggung     jawab dan efektif;
ü  mengumpulkan, menganalisis, mengatur dan mengevaluasi secara kritis informasi;
ü  Berkomunikasi secara efektif menggunakan keterampilan visual, simbolik dan / atau     bahasa dalam berbagai modus; – penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan kritis menunjukkan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan orang lain; dan – menunjukkan pemahaman dunia sebagai seperangkat sistem yang terkait dengan pemecahan  masalah dengan terbuka.
Pembangunan  membutuhkan lulusan peserta didik untuk dapat:
ü  Merefleksikan dan mengeksplorasi berbagai strategi untuk belajar lebih efektif;
ü   Berpartisipasi sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam kehidupan lokal,   masyarakat nasional dan global;
ü   Secara budaya dan estetis sensitif di berbagai konteks sosial;
ü   Mengeksplorasi pendidikan dan peluang karir; dan
ü   Mengembangkan peluang kewirausahaan.
Pada tahun 1960 , teori kecerdasan ganda memaksa pendidik untuk mengakui bahwa ada banyak cara untuk memproses informasi untuk memahami dunia. Sampai saat dunia Barat hanya menghargai kemampuan orang yang menguasai linguistic tertentu, dan matematis maka ia dihargai sebagai orang-orang ‘ cerdas’ Sekarang orang mengakui keanekaragaman sistem pengetahuan melalui pemahaman dimana mereka tinggal . Sistem pengetahuan adat dalam konteks Afrika Selatan mengacu pada tubuh pengetahuan tertanam dalam pemikiran filsafat Afrika dan praktik sosial yang telah berevolusi selama ribuan tahun . Pada Kurikulum kelas 10 – 12 ( Umum ) ditanamkan sistem pengetahuan adat. Ini adalah sebuah pengakuanterhadap kekayaan sejarah dan warisan negeri ini sebagai kontributor penting untuk memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi. Beberapa perspektif yang berbeda mungkin telah dimasukkan untuk membantu memecahkan masalah di segala bidang .
Kredibilitas, kualitas dan efisiensi Kurikulum 10 – 12 (Umum) bertujuan untuk mencapai kredibilitas melalui agenda transformasional dan melalui penyediaan pendidikan yang sebanding dengan kualitas, keluasan dan kedalaman dengan negara-negara lain. Jaminan kualitas yang akan diatur oleh persyaratan Kualifikasi Afrika Selatan Act Authority (UU 58 Tahun 1995), Pendidikan dan Pelatihan Peraturan Jaminan Mutu, dan Umum dan Pendidikan Lanjutan dan Pelatihan Jaminan Qualitas Act (UU 58 Tahun 2001).
2 Prinsip Pengembangan Kurikulum IPS di Indonesia
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain, di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya , pemerintah memandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam kurikulum sekolah. Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai adalah :
a.       Pengetahuan Sosial
“Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Menurut Gross dalam buku Kosasih Djahiri, pengajaran studi sosial, Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja dalam buku pokok materi IPS, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
b.      Studi Sosial
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi  memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar
a)      IPS
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut:
social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.”
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan pembangunan dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial (PKPS), namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama  yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas dan harapannya tahun 2014 ini mulai berlaku secara menyeluruh. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008.
Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach)  yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.  
Menurut prinsip ini kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, msndiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b)      Beragam dan terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenuis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial dan gender.

c)      Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d)     Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembanngan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
e)      Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f)        Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g)      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasuional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Repbulik Indonesia.
Selain itu pelaksanaan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1)      Pekasanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
2)      Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar yaitu:
ü Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
ü Belajar untuk memahami dan menghayati,
ü Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
ü Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
ü Belajar untu membangun dan menemukan jati diri, mel;alui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
3)      Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
4)      Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan pendidik dan peserta didik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan prinsip Tut Wuri Handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.
5)      Kurikulum dilaksanakan dengan pendekatan multi strategi, dan multi media, sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan prinsip alam takambang jadi guru.
6)      Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7)      Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas apabila dibandingkan maka prinsip pengembangan kurikulum kedua negara tersebut akan tampak sebagai berikut
Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan menurut RNCS
Prinsip Pengembangan Kurikulum di Indonesia menurut KTSP
a.       Sosial tranformation (transformasi sosial)
b.       Outcomes based education (pendidikan berbasis lulusan)
c.        High knowledge and high skills (pengetahuan dan keterampilan yang  tinggi)
d.      Intergration and applied competence  (kompetensi yang dapat diterapkan dan terintegrasi
e.        Progression (meningkat/ maju)
f.       Articulation and portability (berkesinambungan dan dapat dengan mudah)
g.      Human right, inclusivity,environmental and social justice (hak azazi manusia,  menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial)
h.      Valuing indigenous knowledge systems (Penilaian sistem pengetahuan murni )
i.        Credibility, quality and effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)
a.       Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
b.      Beragam dan terpadu.
c.       Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d.      Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e.       Menyeluruh dan berkesinambungan.
f.       Belajar sepanjang hayat.
Apabila dilihat dari tabel di atas beserta uraian sebelumnya, secara umum adalah sama, yaitu mementingkan pengembangan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik dengan berlandaskan kemanusiaan, sosial, menyeluruh dan berkesinambungan melalui belajar berbasis aneka sumber sepanjang hayat guna kepentingan diri dan lingkungannya. Namun terdapat perbedaan seperti transformasi sosial yang diutamakan di Afrika Selatan Transformasi sosial ini menjadi lebih utama karena negara ini baru saja (1994) menghapus Apartheid. Selama Apartheid berlangsung terdapat diskriminasi bangsa berkulit putih dan yang berkulit hitam. Bangsa berkulit putih yang memimpin pemerintah memberklakukan bangsa kulit hitam sebagai warga kelas dua dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Akibat dari Apartheid ini banyak persoalan sosial yang harus dibenahi. Kesenjangan sosial yang selama ini terbentuk akibat Apartheid membuat pemerintah negara ini berusaha keras mengembalikannya ke dalam aslinya yaitu kehidupan yang damai, sejahtera, bersosialisasi, bersahabat, dan sebaginya. Inilah merupakan tugas yang diemban pemerintah beserta seluruh rakyatnya yang ditempuh salah satunya melalui pendidikan. Melalui pendidikan inilah terjadinya tranformasi sosial yang salama ini terbelenggu oleh Apartheid. Sebagai gambaran pelaksanaan Apartheid di Afrika Selatan (tahun 1948 sampai 1994) dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut.
a.    Dipisahkannya tempat bersekolah bangsa berkulit putih dan berkulit hitam.
b.    Adanya 14 kementerian yang berbeda sesuai dengan warna kulit dan suku  bangsa.
c.     Adanya pemisahan tempat tinggal bangsa berkulit putih dan berkulit hitam.
d.    Di balik itu semua terdapat kemunduran dan tatanan pendidikan dan sosial. Jurang pendidikan kulit hitam dan kulit putih semakin melebar.
e.    Bangsa kulit hitam berada di tahap paling bawah dan cukup hanya menjadi pekerja buruh saja,
f.     Selain itu rasio guru dan siswa untuk sekolah rendah setiap etnis berbeda. Kulit putih adalah 1:18, sekolah Asia 1:24, sekolah kulit warna campuran 1:27, dan kulit hitam adalah 1:39.
Di Indonesia tidak terdapat politik atau kebijakan Apartheid. Indonesia menganut kebersamaan, kegotong royongan dan sebagainya. Perbedaan lain dari pengembangan kurikulum itu ialah KTSP/Kurikulum 2013 dikembangkan sebagian kecil oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sedangkan pengembangan secara besar dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan keadaan satuan pendidikan tersebut. Sedangkan pengembangan kurikulum NCS di Afrika Selatan itu sama seperti halnya di Indonesia yaitu dibuat secara terpusat oleh Departemen Pendidikan negara itu. Kurikulum tersebut dilaksanakan oleh masing-masing provinsi. Yang membedakannya adalah dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi melalui departemen pendidikan provinsi diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebijakan masing-masing provinsi. Kurikulum yang dikembangkan oleh provinsi disebut Provincial Curriculum. Pengembangan kurikulum ini disebut Curriculum Management. Di dalam suatu departemen pendidikan dari suatu provinsi terdapat suatu bagian yang disebut Curriculum Directorate. Bagian inilah yang bertugas melakukan pengembangan kurikulum untuk provinsi. Kewenangan departemen pendidikan provinsi lebih mengarah kepada praktis atau teknis, seperti pengembangan pembelajaran yang meliputi bahan ajar, penilaian dan sebagainya. Selain itu juga menyangkut kebijakan pendidikan, seperti kebijakan tentang assessment, diversity and inclusivity in education, school calendar, dan sebagainya. Suatu hal lain dengan Indonesia, untuk mengkoordinasikan kurikulum provinsi ini maka ada satu badan yang bertugas mengkoordinasikan terhadap penerapan kurikulum itu sehubungan dengan aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum itu, lembaga tersebut adalah PCCC (Provincial CVurriculum Co-ordinating Commitee).
Jadi persamaan dalam pengembangan kurikulum adalah sama-sama dibuat oleh pemerintah pusat melalui departemen pendidikan nasional, sedangkan perbedaannya adalah kalau di Indonesia kewenangan dalam pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh satuan pendidikan, bahkan kebijakan lain lebih diberi kebebasan kepada kabupaten karena di Indonesia diberlakukan otonomi daerah, sedangkan di Afrika Selatan lebih banyak dilakukan departemen pendidikan provinsi.
Salah satu yang dibuat oleh departemen pendidikan provinsi di Afrika Selatan adalah kalender pendidikan (school calendar). Kalender ini berisi minggu efektif dan hari efektif untuk belajar Selain itu departemen pendidikan provinsi juga membuat jadual pelaksanaan ujian (termasuk jadual ujian nasional), pembagian buku laporan pendidikan (rapot), jadual penutupan dan buka kembali sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian setiap propinsi akan berbeda kalender pendidikannya, bahkan provinsi-provinsi di pesisir Afrika Selatan akan berbeda dengan provinsi yang berada di daratan atau pedalaman. Namun secara umum di Afrika Selatan menggunakan sistem quarter dalam melakukan evaluasi akhir dan laporan pendidikan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem semester .Hal lain yang berbeda di Indonesia, secara umum jadwal ulangan semester memang dikembalikan ke provinsi atau satuan pendidikan masing-masing berdasarkan rambu-rambu yang diberikan departemen pendidikan nasional pusat, namun pelaksanaan ujian akhir seperti UN (Ujian Nasional) dijawalkan secara terpusat, bukan itu saja naskah soalnya pun dikonsep oleh pusat. Namun sayangnya penulis tidak dapat menemukan cara pengukuran keberhasilan pendidikan scara nasional di Afrika Selatan. Perbedaan dapat dipahami bahwa Indonesia menerapkan sistem otonomi daerah dalam pembangunan sedangkan di Afrika Selatan tidak.
B. Mata Pelajaran pada Jenjang Pendidikan Dasar di Afrika Selatan dan Indonesia
Sebelum membicarakan mata pelajaran-mata pelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan dasar, terlebih dahulu akan dibicarakan jenjabng pendidikan dan mata pelajaran pada setiap jenjang pendidikan tersebut. Jenjang pendidikan formal di Afrika Selatan terdiri dari :
a.       General Education and Training (GET)
b.      Further Education and Training (FET)
c.       Higher Education and Training (HET)
Selain secara formal pendidikan di Afrika Selatan juga mengembangkan pendidikan usia dini yang disebut Early Chilhood Development, pendidikan untuk orang dewasa yang disebut Adult Basic Education and Training, dan pendidikan untuk peserta didik yang memiliki masalah khusus yang disebut Education of Learners with Special Education Needs.General Education and Training (GET) merupakan jenjang pendidikan dasar. Jenjang pendidikan ini dimulai dari grade R sampai grade 9. Grade R disebut juga grade 0. Grade 1 sampai 6 disebut primary school, sedangkan grade 7 sampai 9 disebut Secondary School. Di Indonesia juga dimulai dari kelas 0 sampai kelas 9, atau sama dengan TK, SD dan SMP. Selain mengenal grade, di Afrika Selatan juga mengenal phase. Grade R sampai 3 disebut Foundation Phase, Grade 4 sampai 6 disebut Intermediate Phase, sedangkan grade 7 sampai 9 disebut Senior Phase dan grade 10 sampai 12 disebut advance phase. Adanya phase ini sebetulnya hanya untuk membedakan isi materi pelajaran dan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan psikologi perkembangan siswa saja. Grade merupakan kelas dalam suatu sekolah di Afrika Selatan. Further Education and Training (FET) merupakan jenjang pendidikan menengah. Jenjang ini dimulai dari grade 10 sampai grade 12 yang disebut Senior School atau disebut juga matric atau sama dengan SMA di Indonesia. Seorang siswa yang iningin melanjutkan ke perguruan tinggi terlebih dahulu harus lulus ujian matric yaitu ujian yang dilakukan secara nasional terhadap tiga mata pelajaran yang telah ditentukan. Higher Education and Training (HET) adalah jenjang pendidikan tinggi yang berupa diploma, sarjana, pasca sarjana dan post doctoral. Di Indonesia lebih dikenal S0, S1, S2, S3 dan post doctoral.
Mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang sudah tentu berbeda baik nama maupun isi mata pelajaran tersebut. Pada jenjang GET mata pelajarannya terdiri dari delapan mata pelajaran yaitu seperti berikut ini.
a. Arts and Culture.
b.Economic and Management Sciences
c. Languages
d.          Life Orientation.
e. Mathematics.
f. Natural Sciences.
g.Social Sciences.
h. Technology
Mata pelajaran pada jenjang FET adalah sebagai berikut.
a.       Accounting. 15. Geography.
b.      Agricultural Management Practices. 16. History.
c.       Agricultural Sciences. 17. Hospitally Studies.
d.       Agricultural Technology. 18. Information Technology.
e.       Business Studies. 19. Languages.
f.       Civil Technology. 20. Life Orientation.
g.      Computer Applications Technology. 21. Life Sciences.
h.      Consumer Studies. 22. Mathematical Literacy.
i.        Dances Studies. 23. Mathematics.
j.        Design. 24. Mechanical Technology.
k.      Dramatic Arts.
l.        Music.
m.    Economics. 26. Physical Sciences.
n.      Electrical Technology. 27. Religion Studies.
o.      Engineering Graphics Design. 28. Tourism 29. Visual Arts.
Mata Pelajaran pada jenjang HET disesuaikan dengan program studi atau fakultas masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dari uraian di atas ternyata terdapat perbedaan dan persamaan dengan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah antara Afrika Selatan dan Indonesia. Persamaannya adalah terdapat mata pelajaran pokok seperti bahasa , agama, ilmu alam, ilmu sosial, matematika, dan sebagainya. Namun terdapat perbedaan yang mencolok dengan Indonesia baik pada jenjang pendidikan dasar ataupun menengah. Penulis tidak dapat menemukan mata pelajaran khusus untuk SMA dan SMK di Afrika Selatan. Berkaitan dengan itu pula penulis tidak menemukan adanya jenis pendidikan SMK, yang ada hanya FET saja.
Khusus jenjang pendidikan dasar pada Grade R – 9 atau SD sampai SMP di Indonesia terdapat perbedaan pada mata pelajaran. Di Afrika Selatan terdapat 9 mata pelajaran, tetapi di Indonesia terdapat 10 mata pelajaran yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa dan Sastra Indoneisa, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan, dan mata pelajaran pilihan (keterampilan dan Teknologi Informasi dan Komunikasi) serta Muatan Lokal.
Apabila dilihat lebih rinci khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia terdapat perbedaan dengan mata pelajaran IPS di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan mata pelajaran yang bercirikan pengetahuan sosial dibedakan menjadi Economic and Management Sciences dan Social Sciences. Mata pelajaran Social Sciences merupakan gabungan Georafi dan Sejarah. Sedangkan di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) yang merupakan gabungan dari Sosiologi, Georgrafi, Ekonomi, dan Sejarah. Perbedaan lain yang dapat kita temukan adalah adanya mata pelajaran Life Orientation dan Technology di Afrika Selatan sedangkan di Indonesia kedua mata pelajaran itu tidak ada.
Di dalam Revised National Curriculum Statement telah dinyatakan bahwa Social Sciences (SS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan penginterpretasian melalui sejarah dan geografi. Sedangkan Economic and Management Sciences (EMS) adalah mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen, konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan yang terdapat pada Revised National Curriculum Statement (RNCS) sebagai berikut.
Sosial Sciences (SS) Relationships between people, and between people, and between people and the environment, are studied as they vary over time and place. Six LOs focus on enquiry, knowledge and understanding, and interpretations or issues within history (Hist.) and geography (Geog).
Economic and Management Sciences (EMS) Learners study private, public or collective use of resources. Four LOs focus on the economic cycle, sustainable growth and development, and managerial, consumer, financial and entrepreneurial knowlwdge and skills
Dari uraian ini jelas bahwa pengintegrasian empat bidang kajian yaitu sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah ke dalam IPS Terpadu tidak lain adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memandang suatu masalah atau peristiwa secara global dan bukan secara terpisah. Dengan demikian harapan pemerintah adalah apabila peserta didik telah menyelesaikan pendidikan SMP diharapkan memiliki wawasan global seiring dengan situasi dan kondisi yang ada khususnya di Indonesia yang terkenal dengan kemajemukan baik sumber daya alam, sumber daya manusia, etnis, dan sebagainya.



C. Perbandingan Materi Mata Pelajaran IPS di Indonesia (Kelas 7, 8, dan 9) dan SS dan EMS di Afrika Selatan (Grade 7, 8 dan 9)
v Mata Pelajaran Economic and Management Scienses (EMS) memuat materi pelajaran seperti berikut ini.
Grade 7 :
a.      Needs and Wants
b.      Money and Spending Money Wisely
c.       Utility (The usefullness of goods)
d.      The Economy and Our Community.
e.       Type of Work, Requirements for Specific Jobs, Responsibilities, Rights, and Rewards of Working, Technology in the workplace.
f.       Entrepeneurship (make something, sales and the bussiness plan)
g.      Transport: Moving Things around, Work/jobs linked to transport related Services, Transport as a bussiness oppurtunity, The Cost of Transport
Grade 8 :
a.       Working better Together
b.      Working Together in an economy
c.       The Price
d.      Balancing Supply and Demad
e.       Counting The Costs, Establishing The Price
Grade 9:
a.       The Flows of Money, Factors of Production, Goods and Services in The Economic Cycle within the South Africa Economy.
b.      The Role of The Foreign Sector in The Economic Cycle.
c.       Supply and Demand Influences Prices.
d.      The Influences and actions (Strikes and stayaway) of Trade Unions in General and During The Apartheid era on: South Africa Economy, Political Economy and Social Tranformation, and Labour Issues.
e.       The Laws Affecting Basic Conditions of Employment and non  discrimination the workplace.
v Mata pelajaran Social Sciences (SS) berisi materi sebagai berikut.
Grade 7:
a.       South Africa before European came.
b.      History of Multicultural Process in South Africa
c.       Afrikaaner and British
d.      Types of earthface.
e.       Map, atlas and globe
f.       Atmosfer and hidrosfer
Grade 8:
a.       Population and problems.
b.      Sanitation, Health and Hygiene.
c.       History of South Africa Independence
d.      Goverment after Independence
Grade 9:
a.       Flora and Fauna in South Africa.
b.      Geography of Africa and Asia
c.       Water and foresty
d.      Sea and Land
e.        Apartheid and Consequence.
v Materi pelajaran yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) adalah sebagai berikut.
Kelas 7:
a.       Keragaman bentuk muka bumi
b.      Masa Pra Aksara di Indonesia
c.       Interaksi Sosial
d.      Manusia sebagai mahluk sosial dan ekonomi
e.       Tindakan, motif dan prinsip ekonomi.
f.        Peta, atlas dan globe.
g.      Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Eropa serta peninggalannya.
h.      Kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi)
Kelas 8:
a.       Permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya.
b.      Bentuk hubungan sosial, pranata sosial dan penyimpangan sosial.
c.       Ketenagakerjaan
d.      Pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran.
Kelas 9:
a.       Bentuk dan pola muka bumi
b.      Unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara.
c.       Perjuangan Indonesia merebut Irian Barat.
d.      Peristiwa sekitar G30 S/PKI.
e.        Perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional.
f.       Uang dan Bank.
Berdasarkan uraian di atas ternyata terdapat persamaan dan perbedaan materi pelajaran baik EMS, SS dan IPS. Persamaannya adalah sama-sama memuat materi plajaran pokok pada kelas 7, 8, dan 9 seperti harga, permintaan dan penawaran, dan sebagainya. Artinya secara umum adalah sama. Apalagi mata pelajaran EMS, banyak kesamaan dengan IPS. Yang berbeda dalam mata pelajaran EMS, SS dan IPS adalah sebagai berikut
a.       Materi pelajaran lebih ditekankan kepada unsur praktik dibandingkan teoritis pada EMS dan SS.
b.      Pendalaman materi yang lebih terarah kepada ketuntasan materi, bukan sekedar tahu. Misalnya membahas masalah trtansportasi yang sampai ke perhitungan biaya, untung, rugi dan seterusnya.
c.       Mata pelajaran SS yang berbeda adalah pada sejarah yang tentu berbeda dengan IPS karena kedua negara memiliki latar belakang sejarah yang berbeda.
Materi pelajaran yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) menurut kurikulum 2013  adalah sebagai berikut  : Guru dalam membelajarkan mata pelajaran IPS harus mengacu pada prinsip “integrated social sciences”. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS harus mendukung pencapaian Kompetensi Inti, baik KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Dalam praktiknya KI 1 dan KI 2 sebetulnya tidak secara eksplisit diajarkan. Yang secara eksplisit diajarkan adalah KI 3 dan KI 4. Dengan dicapainya KI 3 dan KI 4 diharapkan KI 1 dan KI 2 akan juga dicapai.
Kelas 7:
Kompetensi Inti (KI)
KI 1     Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2     Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3     Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4     Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar (KD)
KD 1.2            Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial
KD 1.3            Menghargai karunia Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan manusia dan lingkungannya
KD 2.1            Meniru perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, anun, dan percaya diri sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa Hindu-Buddha dan Islam daam kehidupan sekarang
KD 3.1            Memahami aspek keruangan dan konektivitas antarruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik)
KD 3.2            Memahami perubahan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara,masa Hindu Buddha, dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi,budaya, pendidikan dan politik
KD 3.4            Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
D. Perbandingan Kurikulum IPS di Afrika Selatan dan Indonesia
Para ahli telah meneliti selama bethaun-tahun tentang kurikulum yang dipraktekkan baik itu di Afrika Selatan dan seluruh dunia, ternyata memiliki kesamaan . Semua kurikulum telah difokuskan pada apa yang dapat peserta didik bawa setelah  keluar dari pendidikan itu serta bagaimana masyarakat bereaksi terhadap ajaran pelajaran tersebut dan prinsip secara umum adalah bagaimana hasil dan penilaian yang diajarkan kepada peserta didik tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan orang-orang dalam masyarakat kita serta kebutuhan individu peserta didik.
Revised National Curriculum Statement  menyatakan bahwa Social Sciences (SS) merupakan mata pelajaran yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan penginterpretasian melalui sejarah dan geografi. Sedangkan Economic and Management Sciences (EMS) adalah mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen, konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan yang terdapat pada Revised National Curriculum Statement (RNCS) sebagai berikut :
Sosial Sciences (SS) Relationships between people, and between people, and between people and the environment, are studied as they vary over time and place. Six LOs focus on enquiry, knowledge and understanding, and interpretations or issues within history (Hist.) and geography (Geog). Ilmu Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan penginterpretasian melalui sejarah dan geografi
Economic and Management Sciences (EMS) Learners study private, public or collective use of resources. Four LOs focus on the economic cycle, sustainable growth and development, and managerial, consumer, financial and entrepreneurial knowlwdge and skills. Ekonomi dan Managemen adalah mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen, konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis.
Dengan demikian  persamaan dalam pengembangan kurikulum antara Indonesia dan Afrika adalah sama-sama dibuat oleh pemerintah pusat melalui departemen pendidikan nasional, sedangkan perbedaannya adalah kalau di Indonesia kewenangan dalam pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh satuan pendidikan, bahkan kebijakan lain lebih diberi kebebasan kepada kabupaten dan kota karena di Indonesia diberlakukan otonomi daerah, sedangkan di Afrika Selatan lebih banyak dilakukan departemen pendidikan provinsi. Salah satu yang dibuat oleh departemen pendidikan provinsi di Afrika Selatan adalah kalender pendidikan (school calendar). Kalender ini berisi minggu efektif dan hari efektif untuk belajar Selain itu departemen pendidikan provinsi juga membuat jadual pelaksanaan ujian (termasuk jadual ujian nasional), pembagian buku laporan pendidikan (rapot), jadual penutupan dan buka kembali sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian setiap propinsi akan berbeda kalender pendidikannya, bahkan provinsi-provinsi di pesisir Afrika Selatan akan berbeda dengan provinsi yang berada di daratan atau pedalaman. Namun secara umum di Afrika Selatan menggunakan sistem quarter dalam melakukan evaluasi akhir dan laporan pendidikan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem semester .
Hal lain yang berbeda di Indonesia, secara umum jadwal ulangan semester memang dikembalikan ke provinsi atau satuan pendidikan masing-masing berdasarkan rambu-rambu yang diberikan departemen pendidikan nasional pusat, namun pelaksanaan ujian akhir seperti UN (Ujian Nasional) dijawalkan secara terpusat, bukan itu saja naskah soalnya pun dikonsep oleh pusat. Namun sayangnya penulis tidak dapat menemukan cara pengukuran keberhasilan pendidikan scara nasional di Afrika Selatan.
Perbedaan dapat dipahami bahwa Indonesia menerapkan sistem otonomi daerah dalam pembangunan sedangkan di Afrika Selatan tidak. Dilihat lebih rinci khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia terdapat perbedaan dengan mata pelajaran IPS di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan mata pelajaran yang bercirikan pengetahuan sosial dibedakan menjadi Economic and Management Sciences dan Social Sciences. Mata pelajaran Social Sciences merupakan gabungan Georafi dan Sejarah. Sedangkan di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) yang merupakan gabungan dari Sosiologi, Georgrafi, Ekonomi, dan Sejarah. Perbedaan lain yang dapat kita temukan adalah adanya mata pelajaran Life Orientation danTechnology di Afrika Selatan sedangkan di Indonesia kedua mata pelajaran itu tidak ada. Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan  humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Materi Pelajaran IPS di Andonesia
Di Indonesia,Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.



BAB III
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum yang dilakukan suatu negara dengan negara lain tidak akan sama. Perbedaan itu disebabkan latar belakang sejarah, budaya, politik, dan sebagainya yang berbeda. Pengembangan kurikulum di Afrika selatan lebih menekankan kepada aspek transformasi sosial, multikultural dan pendidikan yang berbasis lulusan. Lulusan pendidikan di Afrika Selatan diharapkan memiliki kompetensi yang tinggi sehingga dapat mengejar ketertinggalannya akibat Apartheid. Untuk itulah mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dari grade R sampai 12 lebih mengarah kepada bahasan yang aktual sehingga siswa akan mampu menghadapi tantangan global.
Pendidikan di Indonesia tidak jauh dari konsep yang dikembangkan dalam kurikulum di Afrika Selatan. Dengan program wajib belajar dan sebagainya Indonesia berupaya melakukan berbagai cara untuk mengejar ketinggalan dalam dunia pendidikan. Upaya yang dilakukan dengan memperbaiki kurikulum dengan harapan akan dapat menjadikan siswa dapat memperoleh pendidikan dan mampu bersaing di era globalisasi. Apa yang dilakukan oleh Afrika Selatan dan Indonesia tidak luput dari latar belakang yang berbeda. Namun sebagai negara yang sama-sama pernah dijajah, ternyata apa yang dilakukan oleh penjajah adalah tidak selalu memberikan keuntungan bagi negara yang terjajah. Hanya suatu negara itulah yang tahu persis apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk kepentingan, kemakmuran dan kemajuan pendidikan bagi negara tersebut.
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,pemahaman, dan  kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Berdasarkan tuntutan jaman sangat jelas bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan juga kecerdasan dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan yang semakin kompleks.   Perbedaan jenjang pendidikan, pengembangan kurikulum, dan mata pelajaran serta materi pelajaran di kedua negara itu memang ada namun perbedaan itu merupakan hasil dari suatu proses yang panjang yang merupakan yang terbaik bagi kedua negara itu. Persamaan-persamaan yang terdapat pada kedua negara dalam pengelolaan pendidikan merupakan persamaan yang wajar sebagai negara yang berkembang yang melakukan proses yang sama dan merupakan pengelolaan pendidikan yang standar. Perbandingan pendidikan dua negara atau lebih memiliki keuntungan, dengan cara itu maka kita dapat mengukur diri, dan membandingkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai negara lain dalam pendidikan. Dengan bercermin dengan negara lain maka akan tampak wajah pendidikan kita yang sesungguhnya di dunia internasional.
Pada hakikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang diri dan peristiwa disekitarnya .Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan. Karena itu guru berkewajiban untuk membantu siswa dalam memahami masalah-masalah actual yang ada disekitranya. Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya berisikan teori-teori belaka namun sebuah proses pendewasaan dan bimbingan bagi peserta didik dalam praktek hidup social yang bersifat nyata. Dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru harus dapat membawakannya secara menarik , humanism, mengerti apa yang dibutuhkan peserta didik saat kini dan disaat yang akan data.
3.2.Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki beberapa saran dengan harapan saran ini dapat menjadi masukan pihak-pihak terkait yang ikut terlibat dan bertanggung jawab  dalam keberhasilan pengajaran IPS, baik itu guru , masyarakat maupun pemerintah diantaranya adalah :
  • Agar  materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, sebaiknya bahan-bahan pelajaran  diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil bisa berupa  pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, peristiwa actual yang terjadi di masyarakat dimana peserta didik tinggal. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.hal ini dapat menghapus persepsi bahwa pelajaran IPS itu tidak menarik, menoton dan membuat ngantuk.
  • Dalam pengajaran Sejarah sebagai bagian dari pendidikan IPS, guru jangan terpaku hanya pada menceritakan masa lalu dan meminta peserta didik menghapal tempat dan kejadian belaka. Sebaiknya , guru mengarahkan peserta didik untuk memaahami nilai dari peristiwa tersebut dan apa pengaruh peristiwa tersebut pada masa itu dan masa kini.
  • Pelajaran Ekonomi sebagai bagian dari pendidikan IPS , ada baiknya siswa digiring untuk mempraktekan teori-teori tersebut dalam praktek nyata sehingga siswa memahami pentingnya ilmu tersebut dan manfaat ilmu yang dipelajarinya.
  • Dengan mempelajari hal-hal actual dan kasus-kasus social disekitarnya , diharapkan siswa dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dalam hidupnya. Oleh karena itu, penulis mendukung pada proses belajar mengajar yang interaktif dan mengurangi campur tangan guru yang dominan. Biarkan siswa menentukan pilihan-pilihan atau alternative jawaban untuk sebuah permasalahan yang dibahas bahkan sebuah prediksi tentang sesuatu. Setelah mereka mengemukakan apa ide yang ada pada alam pikirannya, barulah guru membimbing atau menguatkan pilihan dan jawaban-jawaban mereka.
  • Guru  harus mengurangi sikap otoriter dalam kelas dan menganggap dirinya sebagai sosok yang “maha tahu” karena siswa sesungguhnya telah dan akan belajar dari kehidupannya. Era globalisasi dengan kemajuan penggunaan internet sangat memungkin peserta didik mengetahui lebih banyak pengetahuan dari apa yang guru bayangkan.
  • Guru harus bisa memilih pokok bahasan mana yang harus lebih difokuskan dengan mempertimbangkan letak posisi dan kondisi peserta didik tinggal. Alangkah baiknya, bila peserta didik berada di wilayah pedesaan dan pegunungan maka dalam pelajaran IPS lebih mendominasi pengetahuan tentang pegunungan dan usaha-usaha yang dapat dikembangkan dalam kondisi alam yang seperti itu. Menjadi sangat tidak tepat bila tempat tinggal peserta didik berada disekitar tepian pantai tetapi guru lebih focus dengan materi pelajaran tentang agraris daripada tentang maritime. Hal ini penting agar pengetahuan yang mereka dapat benar-benar bermakna dalam kehidupan nyata mereka.
  • Dalam materi pelajaran khususnya materi pelajaran kelas 7, bila kita kembali kepada niatan Ilmu Sosial dipelajari agar siswa cerdas dalam kehidupan social dan cerdas dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting bagi kehidupan pribadinya maupun masyarakat, bisa dfikatak masih jauh dari konektivitasnya. Dengan demikian pemilihan materi ajar adalah penting agar dengan mempelajari IPS siswa memang akan mendapatkan apa yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Disini kiita memerlukan adanya pragmatism dalam pendidikan. Semoga kedepan kita akan mendapatkan perbaikan-perbaikan yang lebih berarti



DAFTAR LITERATUR
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006 Peraturan Menteri Pendidikan  Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: www.
Depdiknas.go.id.
Departement of Education. 2008. National Curriculum Statement. Pretoria:
www.education.gov.za.
Departement of Education. 2008. Curriculum. Pretoria: www. Thutong.za.
Harian Kompas. 2002. Setelah 10 Tahun Apartheid Terguling. Jakarta:
www.kompas.com
Mudyaharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
North-West University.2004.Education in South Africa. Pretoria:
www.kontaktuhan.org.
South Africa Government. 2008 Education. Pretoria: www.Info.gov.za.
Wikipedia. 1994. Pendidikan di Afrika Selatan. www.Ms.wikipedia.org.

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Recent Post

Mampir Dulu
 
Support : Creating Website | UJANG MURNA WIJAYA Template | AA UJANG
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Ujang Murana Wijaya - All Rights Reserved
Template Design by CREATIVE Published by JAMUR