BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang untuk
menjadikan orang lain dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya
guna kelangsungan dan kebermaknaan hidupnya. Dengan demikian pendidikan bukan
hanya menjadi urusan pribadi seseorang melainkan berkaitan dengan sekelompok
orang atau negara. Pendidikan yang dilakukan oleh suatu negara akan berhasil
dengan baik apabila dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pengevaluasian serta pengembangan yang baik.
Salah satu
usaha pengevaluasian atau pengembangan adalah dengan cara membandingkan
pendidikan suatu negara dengan negara lainnya. Misalnya pendidikan di Indonesia
dibandingkan dengan pendidikan di negara lain, misalnya negara-negara ASEAN,
Eropa, Amerika, atau Afrika atau negara-negara Asia lainnya. Yang dibandingkan
dapat berupa sejarah, kebijakan, kurikulum, sistem pendidikan, dan sebagainya.
Perbandingan tersebut dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok ataupun suatu
lembaga pemerintah atau non pemerintah. Melalui perbandingan ini diharapkan
dapat menjadi suatu pembelajaran bagi pembangunan pendidikan terutama di
Indonesia pada umumnya dan lembaga pendidikan pada khususnya..
Salah satu
negara di Benua Afrika yang memiliki persamaan sejarah dengan Indonesia adalah
Republik Afrika Selatan. Persamaannya adalah sama-sama pernah dijajah oleh
Bangsa Eropa seperti Belanda dan Inggris. Bahkan sampai sekarang ini di
terdapat tiga bangsa yang besar tinggal di negara itu, yaitu bangsa Afrika
Selatan Asli, Afrikaner (Belanda) dan Inggris. Walaupun sudah merdeka dari
Inggris pada tahun 1961, Afrika Selatan mengalami masa suram yaitu
diberlakukannya politik Apartheid (1948-1994). Sebuah pengorbanan dan usaha
yang besar dilakukan untuk merombak sistem pemerintahan termasuk pendidikan
setelah tamatnya apartheid dari Afrika Selatan pada tahun 1994.
Dalam hal ini ketertarikan untuk membandingkan
Afrika dengan Indonesia dalam bidang pendidikan, karena selain memiliki sejarah
yang hampir sama, juga sebagai negara yang sedang berkembang sudah tentu
sebanding untuk diperbandingkan. Namun apakah latar belakang sejarah tersebut
berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan di kedua negara tersebut, atau sejauh
mana pendidikan yang berlangsung di kedua negara tersebut. Ini merupakan suatu
kajian yang perlu di angkat ke permukaan. Penulis melihat perlu adanya suatu
pengkajian untuk menguak pendidikan di kedua negara tersebut. Melalui
pengkajian ini diharapkan akan muncul titik terang pelaksanaan pendidikan di
Afrika Selatan dan Indonesia. Apakah ada persamaan atau perbedaan pelaksanaan
pendidikan di kedua negara tersebut, atau mungkin sama sekali tidak ada
persamaan, mengingat kedua negara tersebut di lihat dari etnik, budaya, agama
yang berbeda, atau mungkin mengingat faktor-faktor lain yang tidak dapat
diuraikan satu persatu.
Untuk mencari
persamaan dan perbedaan pendidikan di kedua negara tersebut, maka sebaiknya
dilakukan identifikasi terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan itu
sendiri. Pembicaraan mengenai pendidikan bukanlah suatu pembicaraan yang sempit
atau singkat, melainkan suatu pembicaraan yang panjang dan luas. Mudyahardjo
(2001:3) mengartikan pendidikan sebagai pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dari pengertian di atas jelas
bahwa pembicaraan tentang pendidikan berkaitan dengan individu yang mengalami
pendidikan, lokasi atau tempat tinggalnya, tempat memperoleh pendidikan, dan
sebagainya, berarti harus jelas yang mana yang harus dibandingkan. Untuk
membandingkan pendidikan suatu negara dengan negara lain terlebih dahulu
mengidentifikasi masalah pendidikan kedua negara tersebut, karena banyak sekali
yang harus dibandingkan. Apakah jenjang pendidikan pendidikan, mata pelajaran,
kurikulum, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Dengan
melakukan identifikasi inilah usaha perbadingan akan berjalan dengan baik.
Salah satu
unsur pendidikan yang dapat dikatakan sentral pendidikan adalah kurikulum.
Penulis memandang kurikulum merupakan suatu pengkajian yang menarik. Melalui
kurikulum yang baik diharapkan akan dapat menghantarkan peserta didik ke
pencapaian kompetensi yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh peserta didik.
Penkajian kurikulum di bidang pendidikan di Afrika Selatan ini dilakukan
mengingat penulis sendiri adalah sebagai seorang guru, diharapkan akan menjadi
tambahan ilmu di bidang kependidikan. Di dalam kurikulum suatu jenjang
pendidikan, terdapat mata pelajara-mata pelajaran yang dapat dijadikan bahan
perbandingan pula. Inipun dapat dijadikan bahan perbandingan, apalagi mengingat
penulis sebagai seorang guru yaitu guru Ilmu Pengetahuan Sosial (terpadu).
B. Kajian Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi masalah
adalah sebagai berikut.
a. Apa persamaan
dan perbedaan prinsip pengembangan kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia.
b. Apa persamaan
dan perbedaan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar di Afrika Selatan
dan Indonesia ?
c. Apakah ada
persamaan dan perbedaan materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di Afrika Selatan dan Indonesia ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui:
a.
Persamaan dan perbedaan prinsip
pengembangan kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia.
b.
Persamaan dan perbedaan mata pelajaran
pada jenjang pendidikan dasar di Afrika Selatan
dan Indonesia ?
c.
Persamaan dan perbedaan materi dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang SMP (kelas 7, 8, 9) di
Afrika Selatan dan Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Prinsip
Pengembangan Kurikulum di Afrika Selatan dan Indonesia
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum di
Afrika Selatan
Apabila dilihat
dari segi waktu peluncuran kurikulum yang paling baru, tidak ada perbedaan yang
begitu mencolok antara Afrika Selatan dan dan Indonesia. Afrika Selatan
baru saja meluncurkan Curriculum 2005 (Kurikulum 2005) yang disebut National
Curriculum Statement (NCS) sebagai kurikulum yang berlaku di negara
tersebut. Kurikulum yang baru ini merupakan kurikulum revisi dari kurikulum
sebelumnya. Kurikulum sebelumnya merupakan kurikulum yang dihasilkan oleh
pemerintahan lama semasa Apartheid. Kurikulum 2005 ini pun beberapa
tahun kemudian tepatnya tahun 2007 mengalami revisi yang disebut Revised
National Curriculum Statement (RNCS). Hampir bersamaan dengan Afrika
Selatan, Indonesia pun meluncurkan Kurikulum 2004 yang disebut juga KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang dalam perkembangan selanjutnya dimunculkan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau Kurikulum 2006. Baik kurikulum
2005 atau RNCS (Afrika Selatan) dan KTSP (Indonesia), kedua-duanya merupakan
upaya menjadikan pendidikan di masing-masing negara agar lebih maju dan
berkualitas.
Sehubungan
dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu terdapat alasan-alasan yang
melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang terkandung atau yang dinginkan
oleh kurikulum tersebut. Curriculum 2005
(Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah Afrika
Selatan dalam Website nya sebagai berikut :
The National Curriculum Statement
(NCS) aims to develop the full potential of all learners as citizens of a
democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is confident
and independent: literate, numerate and mutiskilled; and compassionate, with
respect for the invirenment and the ability to participate in society as a
ctritical and active citizen.
(Artinya:bertujuan
untuk mengembangkan semua potensi peserta didik sebagai warga negara Afrika
Selatan yang demokrasi. Kurikulum ini mencari dan menciptakan suatu peserta
didik sepanjang hayat yang percaya diri dan mandiri yaitu melek huruf , melek
angka, dan kecakapan majemuk serta keprihatinan, dengan tanggap terhadap
lingkungan dan kecakapan berpartisipasi dalam kehidupan sosial sebagai warga
negara yang aktif dan kritis).
Kurikulum yang direvisi (RNCS) tidak banyak mengubah
kurikulum 2005. Ada beberapa hal pokok yang mengalami perubahan yaitu melihat
kembali struktur dan desain kurikulum 2005, orientasi guru, pengembangan dan
pelatihan, bahan-bahan pendukung pembelajaran, dukungan provinsi terhadap
guru-guru di sekolah dan implementasinya. Melalui kurikulum yang direvisi ini
diharapkan akan mampu membangun visi dan nilai dari perundang-undangan dan
kurikulum 2005. Kurikulum yang direvisi
(The Revised National Curriculum Statement) mempunyai prinsip-prinsip
sebagai berikut.
a.
Sosial tranformation (transformasi
sosial)
b.
Outcomes
based education (pendidikan berbasis lulusan)
c.
High
knowledge and high skills (pengetahuan dan keterampilan yang tinggi)
d.
Intergration
and applied competence (kompetensi yang dapat diterapkan dan terintegrasi
e.
Progression (meningkat/ maju)
f.
Articulation and portability (berkesinambungan
dan dapat dengan mudah)
g.
Human
right, inclusivity,environmental and social justice (hak azazi manusia, menyeluruh, lingkungan, dan keadilan sosial)
h.
Valuing
indigenous knowledge systems (Penilaian sistem pengetahuan murni)
i.
Credibility,
quality and effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan tepat waktu)
Berikut
ini adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip kurikulum di Afrika Selatan (Introducing
The National Curriculum Statement)
a. Social transformation
The Constitution of
the Republic of South Africa forms the basis for social transformation in our
post-apartheid society. The imperative to transform South African society by
making use of various transformative tools stems from a need to address the
legacy of apartheid in all areas of human activity and in education in
particular. Social transformation in education is aimed at ensuring that the
educational imbalances of the past are redressed, and that equal educational
opportunities are provided for all sections of our population. If social
transformation is to be achieved, all South Africans have to be educationally
affirmed through the recognition of their potential and the removal of
artificial barriers to the attainment of qualifications.
b. Outcomes-based education
Outcomes-based
education (OBE) forms the foundation for the curriculum in South Africa. It
strives to enable all learners to reach their maximum learning potential by
setting the Learning Outcomes to be achieved by the end of the education
process. OBE encourages a learner-centred and activity-based approach to
education. The National Curriculum Statement builds its Learning Outcomes for
Grades 10 – 12 on the Critical and Developmental Outcomes that were inspired by
the Constitution and developed through a democratic process. The Critical
Outcomes require learners to be able to:
ü
identify
and solve problems and make decisions using critical and creative thinking;
ü
work
effectively with others as members of a team, group, organisation and
community;
ü
organise
and manage themselves and their activities responsibly and effectively;
ü
collect,
analyse, organise and critically evaluate information;
ü
communicate
effectively using visual, symbolic and/or language skills in various modes;
ü
use
science and technology effectively and critically showing responsibility
towards the environment and the health of others; and
ü
demonstrate
an understanding of the world as a set of related systems by recognising that
problem solving contexts do not exist in isolation.
The Developmental
Outcomes require learners to be able to:
ü
reflect
on and explore a variety of strategies to learn more effectively;
ü
participate
as responsible citizens in the life of local, national and global communities;
ü
be
culturally and aesthetically sensitive across a range of social contexts;
ü
explore
education and career opportunities; and
ü
develop
entrepreneurial opportunities.
c. High knowledge and high skills
The National
Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to develop a high level of
knowledge and skills in learners. It sets up high expectations of what all
South African learners can achieve. Social justice requires the empowerment of
those sections of the population previously disempowered by the lack of
knowledge and skills. The National Curriculum Statement specifies the minimum
standards of knowledge and skills to be achieved at each grade and sets high,
achievable standards in all subjects.
d. Integration and applied
competence
Integration is achieved
within and across subjects and fields of learning. The integration of knowledge
and skills across subjects and terrains of practice is crucial for achieving
applied competence as defined in the National Qualifications Framework. Applied
competence aims at integrating three discrete competences – namely, practical,
foundational and reflective competences. In adopting integration and applied
competence, the National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to
promote an integrated learning of theory, practice and reflection.
e. Progression
Progression refers to
the process of developing more advanced and complex knowledge and skills. The
Subject Statements show progression from one grade to another. Each Learning
Outcome is followed by an explicit statement of what level of performance is
expected for the outcome. Assessment Standards are arranged in a format that
shows an increased level of expected performance per grade. The content and
context of each grade will also show progression from simple to complex.
f. Articulation and portability
Articulation refers to
the relationship between qualifications in different National Qualifications
Framework levels or bands in ways that promote access from one qualification to
another. This is especially important for qualifications falling within the
same learning pathway. Given that the Further Education and Training band is
nested between the General Education and Training and the Higher Education
bands, it is vital that the Further Education and Training Certificate
(General) articulates with the General Education and Training Certificate and
with qualifications in similar learning pathways of Higher Education. In order
to achieve this articulation, the development of each Subject Statement included
a close scrutiny of the exit level expectations in the General Education and
Training Learning Areas, and of the learning assumed to be in place at the
entrance levels of cognate disciplines in Higher Education. Portability refers
to the extent to which parts of a qualification (subjects or unit standards)
are transferable to another qualification in a different learning pathway of
the same National Qualifications Framework band. For purposes of enhancing the
portability of subjects obtained in Grades 10 – 12, various mechanisms have
been explored, for example, regarding a subject as a 20-credit unit standard.
Subjects contained in the National Curriculum Statement Grades 10 – 12
(General) compare with appropriate unit standards registered on the National Qualifications
Framework.
g. Human rights, inclusivity,
environmental and social justice
The National
Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) seeks to promote human rights,
inclusitivity, environmental and social justice. All newly-developed Subject
Statements are infused with the principles and practices of social and
environmental justice and human rights as defined in the Constitution of the
Republic of South Africa. In particular, the National Curriculum Statement
Grades 10 – 12 (General) is sensitive to issues of diversity such as poverty,
inequality, race, gender, language, age, disability and other factors. The
National Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) adopts an inclusive
approach by specifying minimum requirements for all learners. It acknowledges
that all learners should be able to develop to their full potential provided
they receive the necessary support. The intellectual, social, emotional,
spiritual and physical needs of learners will be addressed through the design
and development of appropriate Learning Programmes and through the use of
appropriate assessment instruments.
h. Valuing indigenous knowledge
systems
In the 1960s, the
theory of multiple-intelligences forced educationists to recognise that there
were many ways of processing information to make sense of the world, and that,
if one were to define intelligence anew, one would have to take these different
approaches into account. Up until then the Western world had only valued
logical, mathematical and specific linguistic abilities, and rated people as
‘intelligent’ only if they were adept in
these ways. Now people
recognise the wide diversity of knowledge systems through which people make
sense of and attach meaning to the world in which they live. Indigenous
knowledge systems in the South African context refer to a body of knowledge
embedded in African philosophical thinking and social practices that have
evolved over thousands of years. The National Curriculum Statement Grades 10 –
12 (General) has infused indigenous knowledge systems into the Subject
Statements. It acknowledges the rich history and heritage of this country as
important contributors to nurturing the values contained in the Constitution.
As many different perspectives as possible have been included to assist problem
solving in all fields.
i. Credibility, quality and
efficiency
The National
Curriculum Statement Grades 10 – 12 (General) aims to achieve credibility
through pursuing a transformational agenda and through providing an education
that is comparable in quality, breadth and depth to those of other countries.
Quality assurance is to be regulated by the requirements of the South African
Qualifications Authority Act (Act 58 of 1995), the Education and Training
Quality Assurance Regulations, and the General and Further Education and
Training Quality Assurance Act (Act 58 of 2001).
Kurikulum 2005 ini pun beberapa tahun kemudian tepatnya
tahun 2007 mengalami revisi yang disebut Revised National Curriculum
Statement (RNCS). Sehubungan dengan perubahan kurikulum tersebut, tentu
terdapat alasan-alasan yang melatarbelakanginya atau prinsip-prinsip yang
terkandung atau yang dinginkan oleh kurikulum tersebut. Curriculum
2005 (Afsel) mempunyai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Pemerintah
Afrika Selatan dalam Website nya sebagai berikut : The National Curriculum Statement (NCS) aims
to develop the full potential of all learners as citizens of a
democtaric South Africa. It seeks to create a lifelong learner who is
confident and independent: literate, numerate and mutiskilled; and
compassionate, with respect for the invirenment and the ability to participate
in society as a ctritical and active citizen.
Berikut ini adalah kutipan penjelasan prinsip-prinsip
kurikulum di Afrika Selatan (Introducing
The National Curriculum Statement) a. Social transformation The
Constitution of the Republic of South Africa forms the
basis for social transformation in our post-apartheid society. The imperative
to transform South African society by making use of various transformative
tools stems from a need to address the legacy of apartheid in all areas of
human activity and in education in particular. Social transformation in
education is aimed at ensuring that the educational imbalances of the past are
redressed, and that equal educational opportunities are provided for all
sections of our population. If social transformation is to be achieved, all
South Africans have to be educationally affirmed through the recognition of
their potential and the removal of artificial barriers to the attainment of
qualifications.
Pendidikan berbasis hasil /lulusan Pendidikan berbasis
lulusan (OBE) menjadi dasar kurikulum yang berusaha sedapat Mengembangkan
potensi peserta didik dengan mencapai hasil belajar yang maksimal dengan
menetapkan hasil belajar yang ingin dicapai pada akhir proses belajar mereka.
OBE mendorong pendekatan berpusat pada peserta didik dan berbasis aktivitas
pendidikan. Kurikulum Nasional menyatakan bahwa lulusan kelas 10 – 12
adalah mampu bersikap kritis dan memiliki mental pembangunan. Hal ini
dikembangkan melalui proses pendidikan yang demokratis. Dengan demikian lulusan
harus dapat :
ü Mengidentifikasi dan memecahkan
masalah dan membuat keputusan menggunakan pemikiran kritis
dan kreatif;
ü Bekerja secara efektif dengan orang
lain sebagai anggota tim, kelompok, organisasi dan masyarakat;
ü Mengatur dan mengelola diri mereka
sendiri dan kegiatan mereka secara bertanggung jawab dan
efektif;
ü mengumpulkan, menganalisis, mengatur
dan mengevaluasi secara kritis informasi;
ü Berkomunikasi secara efektif
menggunakan keterampilan visual, simbolik dan / atau bahasa
dalam berbagai modus; – penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
efektif dan kritis menunjukkan tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesehatan
orang lain; dan – menunjukkan pemahaman dunia sebagai seperangkat sistem yang
terkait dengan pemecahan masalah dengan terbuka.
Pembangunan membutuhkan lulusan peserta didik untuk
dapat:
ü Merefleksikan dan mengeksplorasi
berbagai strategi untuk belajar lebih efektif;
ü Berpartisipasi sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dalam kehidupan lokal, masyarakat nasional dan
global;
ü Secara budaya dan estetis sensitif di berbagai
konteks sosial;
ü Mengeksplorasi pendidikan dan peluang karir;
dan
ü Mengembangkan peluang kewirausahaan.
Pada tahun 1960 , teori kecerdasan ganda memaksa pendidik
untuk mengakui bahwa ada banyak cara untuk memproses informasi untuk memahami
dunia. Sampai saat dunia Barat hanya menghargai kemampuan orang yang menguasai
linguistic tertentu, dan matematis maka ia dihargai sebagai orang-orang ‘
cerdas’ Sekarang orang mengakui keanekaragaman sistem pengetahuan melalui
pemahaman dimana mereka tinggal . Sistem pengetahuan adat dalam konteks Afrika
Selatan mengacu pada tubuh pengetahuan tertanam dalam pemikiran filsafat Afrika
dan praktik sosial yang telah berevolusi selama ribuan tahun . Pada Kurikulum
kelas 10 – 12 ( Umum ) ditanamkan sistem pengetahuan adat. Ini adalah sebuah
pengakuanterhadap kekayaan sejarah dan warisan negeri ini sebagai kontributor
penting untuk memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi. Beberapa
perspektif yang berbeda mungkin telah dimasukkan untuk membantu memecahkan
masalah di segala bidang .
Kredibilitas, kualitas dan efisiensi Kurikulum 10 – 12
(Umum) bertujuan untuk mencapai kredibilitas melalui agenda transformasional
dan melalui penyediaan pendidikan yang sebanding dengan kualitas, keluasan dan
kedalaman dengan negara-negara lain. Jaminan kualitas yang akan diatur oleh
persyaratan Kualifikasi Afrika Selatan Act Authority (UU 58 Tahun 1995),
Pendidikan dan Pelatihan Peraturan Jaminan Mutu, dan Umum dan Pendidikan
Lanjutan dan Pelatihan Jaminan Qualitas Act (UU 58 Tahun 2001).
2 Prinsip
Pengembangan Kurikulum IPS di Indonesia
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam
kurikulum sekolah di Indonesia juga hampir sama dengan di beberapa negara lain,
di antaranya situasi kacau dan pertentangan politik bangsa, kondisi keragaman
budaya bangsa (multikultur) yang sangat rentan terjadinya konflik. Sehingga, sebagai
akibat konflik dan situasi nasional bangsa yang tidak stabil, terlebih adanya
pemberontakan G30S/PKI dan berbagai masalah nasional lainnya , pemerintah
memandang perlu memasukan program pendidikan sebagai propaganda dan penanaman
nilai-nilai sosial budaya masyarakat, berbangsa dan bernegara ke dalam
kurikulum sekolah. Oleh karenanya, dalam beberapa pertemuan ilmiah dibahas
Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai program pendidikan tingkat
sekolah di Indonesia, dan pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang
Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo Jawa Tengah. Dalam laporan
seminar tersebut, muncul 3 istilah dan digunakan secara bertukar pakai adalah :
a.
Pengetahuan Sosial
“Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan
tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Menurut Gross dalam buku Kosasih Djahiri,
pengajaran studi sosial, Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk. Nursid Sumaatmadja dalam buku pokok materi IPS, menyatakan bahwa Ilmu
Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
b.
Studi Sosial
Perbeda
dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi
memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas,
bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar
a) IPS
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan
Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”.
Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu
“Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari
pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat
pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu
Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi
IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS
sebagai berikut:
“social studies is
the integrated study of the science and humanities to promote civic competence.
Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic
study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography,
history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and
sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and
natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people
develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good
as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent
world.”
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran
1994-1995 merupakan pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah
memperhatikan tuntutan perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya
yang menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni,
kebutuhan pembangunan dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum 1984 itu sendiri. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan
kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk
merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran
Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Di samping itu,
khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah diusulkan digabung dengan Pendidikan
kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan kewrganegaraan dan pengetahuan sosial
(PKPS), namun akhirnya kurikulum disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal
ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan
pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan
kewarganegaraan, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah
sama yaitu membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan
sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun
pelajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah tertentu atau masih terbatas dan
harapannya tahun 2014 ini mulai berlaku secara menyeluruh. Dulu dan sekarang,
kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008.
Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara
Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan
kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan
silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran
tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
Namun dibalik perbedaan yang ada, sebenarnya juga terdapat kesamaan esensi
antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya tentang pendekatan ilmiah (Scientific Approach) yang
pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan
bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan
masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa
jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama
dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan
tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Menurut prinsip ini kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
msndiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b)
Beragam dan terpadu.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenuis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta
status sosial dan gender.
c)
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d)
Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembanngan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha
dan dunia kerja.
e)
Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f)
Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur
pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
g)
Seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasuional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Repbulik Indonesia.
Selain
itu pelaksanaan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Pekasanaan
kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
2) Kurikulum
dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar yaitu:
ü Belajar
untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
ü Belajar
untuk memahami dan menghayati,
ü Belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
ü Belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
ü Belajar
untu membangun dan menemukan jati diri, mel;alui proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
3) Pelaksanaan
kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan,
dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan
moral.
4) Kurikulum
dilaksanakan dalam suasana hubungan pendidik dan peserta didik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat, dengan prinsip Tut Wuri
Handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.
5) Kurikulum
dilaksanakan dengan pendekatan multi strategi, dan multi media, sumber belajar
dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar dengan prinsip alam takambang jadi guru.
6) Kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.
7) Kurikulum
yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas apabila
dibandingkan maka prinsip pengembangan kurikulum kedua negara tersebut akan
tampak sebagai berikut
Prinsip Pengembangan Kurikulum di Afrika
Selatan menurut RNCS
|
Prinsip Pengembangan Kurikulum di
Indonesia menurut KTSP
|
a.
Sosial
tranformation
(transformasi sosial)
b.
Outcomes based education (pendidikan
berbasis lulusan)
c.
High knowledge and high skills
(pengetahuan dan keterampilan yang tinggi)
d.
Intergration and applied
competence (kompetensi
yang dapat diterapkan dan terintegrasi
e.
Progression (meningkat/ maju)
f.
Articulation and portability
(berkesinambungan dan dapat dengan
mudah)
g.
Human right,
inclusivity,environmental and social justice
(hak azazi manusia, menyeluruh, lingkungan, dan keadilan
sosial)
h.
Valuing
indigenous knowledge systems
(Penilaian sistem pengetahuan murni )
i.
Credibility, quality and
effisiency (dapat dipercaya, berkualitas dan
tepat waktu)
|
a.
Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
b.
Beragam dan terpadu.
c.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
d.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e.
Menyeluruh dan berkesinambungan.
f. Belajar sepanjang hayat.
|
Apabila dilihat dari tabel di atas beserta uraian sebelumnya,
secara umum adalah sama, yaitu mementingkan pengembangan seluruh potensi yang
dimiliki peserta didik dengan berlandaskan kemanusiaan, sosial, menyeluruh dan
berkesinambungan melalui belajar berbasis aneka sumber sepanjang hayat guna
kepentingan diri dan lingkungannya. Namun terdapat perbedaan seperti transformasi
sosial yang diutamakan di Afrika Selatan Transformasi sosial ini menjadi
lebih utama karena negara ini baru saja (1994) menghapus Apartheid. Selama
Apartheid berlangsung terdapat diskriminasi bangsa berkulit putih dan yang
berkulit hitam. Bangsa berkulit putih yang memimpin pemerintah memberklakukan
bangsa kulit hitam sebagai warga kelas dua dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk pendidikan. Akibat dari Apartheid ini banyak persoalan sosial yang
harus dibenahi. Kesenjangan sosial yang selama ini terbentuk akibat Apartheid
membuat pemerintah negara ini berusaha keras mengembalikannya ke dalam aslinya
yaitu kehidupan yang damai, sejahtera, bersosialisasi, bersahabat, dan
sebaginya. Inilah merupakan tugas yang diemban pemerintah beserta seluruh
rakyatnya yang ditempuh salah satunya melalui pendidikan. Melalui pendidikan
inilah terjadinya tranformasi sosial yang salama ini terbelenggu oleh Apartheid. Sebagai
gambaran pelaksanaan Apartheid di Afrika Selatan (tahun 1948 sampai 1994) dalam
bidang pendidikan adalah sebagai berikut.
a.
Dipisahkannya tempat bersekolah bangsa berkulit putih dan
berkulit hitam.
b.
Adanya 14 kementerian
yang berbeda sesuai dengan warna kulit dan suku bangsa.
c.
Adanya pemisahan tempat tinggal bangsa
berkulit putih dan berkulit hitam.
d.
Di balik itu semua terdapat kemunduran dan
tatanan pendidikan dan sosial. Jurang pendidikan kulit hitam dan kulit putih
semakin melebar.
e.
Bangsa kulit hitam berada di tahap
paling bawah dan cukup hanya menjadi pekerja buruh saja,
f.
Selain itu rasio guru dan siswa untuk
sekolah rendah setiap etnis berbeda. Kulit putih adalah 1:18, sekolah Asia
1:24, sekolah kulit warna campuran 1:27, dan kulit hitam adalah 1:39.
Di Indonesia tidak terdapat politik atau
kebijakan Apartheid. Indonesia menganut kebersamaan, kegotong royongan dan
sebagainya. Perbedaan lain dari pengembangan kurikulum itu ialah KTSP/Kurikulum
2013 dikembangkan sebagian kecil oleh pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) sedangkan pengembangan secara besar dilakukan oleh satuan pendidikan
masing-masing sesuai dengan keadaan satuan pendidikan tersebut. Sedangkan
pengembangan kurikulum NCS di Afrika Selatan itu sama seperti halnya di
Indonesia yaitu dibuat secara terpusat oleh Departemen Pendidikan negara itu.
Kurikulum tersebut dilaksanakan oleh masing-masing provinsi. Yang membedakannya
adalah dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi melalui departemen pendidikan
provinsi diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebijakan masing-masing provinsi. Kurikulum yang dikembangkan oleh provinsi
disebut Provincial Curriculum. Pengembangan kurikulum ini disebut Curriculum
Management. Di dalam suatu departemen pendidikan dari suatu provinsi
terdapat suatu bagian yang disebut Curriculum Directorate. Bagian inilah
yang bertugas melakukan pengembangan kurikulum untuk provinsi. Kewenangan
departemen pendidikan provinsi lebih mengarah kepada praktis atau teknis,
seperti pengembangan pembelajaran yang meliputi bahan ajar, penilaian dan
sebagainya. Selain itu juga menyangkut kebijakan pendidikan, seperti kebijakan
tentang assessment, diversity and inclusivity in education, school
calendar, dan sebagainya. Suatu hal lain dengan Indonesia, untuk
mengkoordinasikan kurikulum provinsi ini maka ada satu badan yang bertugas
mengkoordinasikan terhadap penerapan kurikulum itu sehubungan dengan aktivitas
yang berkaitan dengan kurikulum itu, lembaga tersebut adalah PCCC (Provincial
CVurriculum Co-ordinating Commitee).
Jadi persamaan dalam pengembangan kurikulum adalah sama-sama
dibuat oleh pemerintah pusat melalui departemen pendidikan nasional, sedangkan
perbedaannya adalah kalau di Indonesia kewenangan dalam pengembangan kurikulum
lebih banyak dilakukan oleh satuan pendidikan, bahkan kebijakan lain lebih
diberi kebebasan kepada kabupaten karena di Indonesia diberlakukan otonomi
daerah, sedangkan di Afrika Selatan lebih banyak dilakukan departemen
pendidikan provinsi.
Salah satu yang dibuat oleh departemen pendidikan provinsi di
Afrika Selatan adalah kalender pendidikan (school calendar). Kalender
ini berisi minggu efektif dan hari efektif untuk belajar Selain itu departemen
pendidikan provinsi juga membuat jadual pelaksanaan ujian (termasuk jadual
ujian nasional), pembagian buku laporan pendidikan (rapot), jadual penutupan
dan buka kembali sekolah, dan sebagainya. Dengan demikian setiap propinsi akan
berbeda kalender pendidikannya, bahkan provinsi-provinsi di pesisir Afrika
Selatan akan berbeda dengan provinsi yang berada di daratan atau pedalaman.
Namun secara umum di Afrika Selatan menggunakan sistem quarter dalam melakukan
evaluasi akhir dan laporan pendidikan, berbeda dengan Indonesia yang
menggunakan sistem semester .Hal lain yang berbeda di Indonesia, secara umum
jadwal ulangan semester memang dikembalikan ke provinsi atau satuan pendidikan
masing-masing berdasarkan rambu-rambu yang diberikan departemen pendidikan
nasional pusat, namun pelaksanaan ujian akhir seperti UN (Ujian Nasional)
dijawalkan secara terpusat, bukan itu saja naskah soalnya pun dikonsep oleh
pusat. Namun sayangnya penulis tidak dapat
menemukan cara pengukuran keberhasilan pendidikan scara nasional di Afrika
Selatan. Perbedaan dapat dipahami bahwa Indonesia menerapkan sistem otonomi
daerah dalam pembangunan sedangkan di Afrika Selatan tidak.
B. Mata Pelajaran pada Jenjang Pendidikan
Dasar di Afrika Selatan dan Indonesia
Sebelum membicarakan mata pelajaran-mata
pelajaran yang terdapat pada jenjang pendidikan dasar, terlebih dahulu akan
dibicarakan jenjabng pendidikan dan mata pelajaran pada setiap jenjang
pendidikan tersebut. Jenjang pendidikan formal di Afrika Selatan
terdiri dari :
a.
General
Education and Training (GET)
b.
Further
Education and Training (FET)
c.
Higher
Education and Training (HET)
Selain
secara formal pendidikan di Afrika Selatan juga mengembangkan pendidikan usia
dini yang disebut Early Chilhood Development, pendidikan untuk orang
dewasa yang disebut Adult Basic Education and Training, dan pendidikan
untuk peserta didik yang memiliki masalah khusus yang disebut Education of
Learners with Special Education Needs.General Education and Training
(GET) merupakan jenjang pendidikan dasar. Jenjang pendidikan ini dimulai
dari grade R sampai grade 9. Grade R disebut juga grade
0. Grade 1 sampai 6 disebut primary school, sedangkan grade 7
sampai 9 disebut Secondary School. Di Indonesia juga dimulai dari kelas 0
sampai kelas 9, atau sama dengan TK, SD dan SMP. Selain mengenal grade, di
Afrika Selatan juga mengenal phase. Grade R sampai 3 disebut Foundation
Phase, Grade 4 sampai 6 disebut Intermediate Phase, sedangkan
grade 7 sampai 9 disebut Senior Phase dan grade 10 sampai
12 disebut advance phase. Adanya phase ini sebetulnya hanya untuk
membedakan isi materi pelajaran dan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan
psikologi perkembangan siswa saja. Grade merupakan
kelas dalam suatu sekolah di Afrika Selatan. Further Education and Training (FET) merupakan jenjang pendidikan
menengah. Jenjang ini dimulai dari grade 10 sampai grade 12 yang disebut Senior
School atau disebut juga matric atau sama dengan SMA di Indonesia.
Seorang siswa yang iningin melanjutkan ke perguruan tinggi terlebih dahulu
harus lulus ujian matric yaitu ujian yang dilakukan secara nasional terhadap
tiga mata pelajaran yang telah ditentukan. Higher Education and Training
(HET) adalah jenjang pendidikan tinggi yang berupa diploma, sarjana, pasca
sarjana dan post doctoral. Di Indonesia lebih dikenal S0, S1, S2, S3 dan
post doctoral.
Mata
pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang sudah tentu berbeda baik nama
maupun isi mata pelajaran tersebut. Pada jenjang GET mata
pelajarannya terdiri dari delapan mata pelajaran yaitu seperti berikut ini.
a.
Arts
and Culture.
b.Economic and Management Sciences
c.
Languages
d.
Life
Orientation.
e.
Mathematics.
f.
Natural
Sciences.
g.Social Sciences.
h. Technology
Mata pelajaran
pada jenjang FET adalah sebagai berikut.
a.
Accounting.
15. Geography.
b.
Agricultural
Management Practices. 16. History.
c.
Agricultural
Sciences. 17. Hospitally Studies.
d.
Agricultural Technology. 18. Information
Technology.
e.
Business
Studies. 19. Languages.
f.
Civil
Technology. 20. Life Orientation.
g.
Computer
Applications Technology. 21. Life Sciences.
h.
Consumer
Studies. 22. Mathematical Literacy.
i.
Dances
Studies. 23. Mathematics.
j.
Design.
24. Mechanical Technology.
k.
Dramatic
Arts.
l.
Music.
m.
Economics.
26. Physical Sciences.
n.
Electrical
Technology. 27. Religion Studies.
o.
Engineering
Graphics Design. 28. Tourism 29. Visual Arts.
Mata
Pelajaran pada jenjang HET disesuaikan dengan program studi atau
fakultas masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dari uraian di atas ternyata terdapat perbedaan dan persamaan dengan mata
pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah antara Afrika Selatan dan
Indonesia. Persamaannya adalah terdapat mata pelajaran pokok seperti bahasa ,
agama, ilmu alam, ilmu sosial, matematika, dan sebagainya. Namun terdapat
perbedaan yang mencolok dengan Indonesia baik pada jenjang pendidikan dasar
ataupun menengah. Penulis tidak dapat menemukan mata pelajaran khusus untuk
SMA dan SMK di Afrika Selatan. Berkaitan dengan itu pula penulis tidak
menemukan adanya jenis pendidikan SMK, yang ada hanya FET saja.
Khusus jenjang pendidikan dasar pada Grade R – 9 atau SD
sampai SMP di Indonesia terdapat perbedaan pada mata pelajaran. Di Afrika
Selatan terdapat 9 mata pelajaran, tetapi di Indonesia terdapat 10 mata
pelajaran yaitu: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa dan
Sastra Indoneisa, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan,
dan mata pelajaran pilihan (keterampilan dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi) serta Muatan Lokal.
Apabila dilihat lebih rinci khusus mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia terdapat perbedaan dengan mata pelajaran
IPS di Afrika Selatan. Di Afrika Selatan mata pelajaran yang bercirikan
pengetahuan sosial dibedakan menjadi Economic and Management Sciences dan
Social Sciences. Mata pelajaran Social Sciences merupakan
gabungan Georafi dan Sejarah. Sedangkan di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan
Sosial Terpadu (IPS Terpadu) yang merupakan gabungan dari Sosiologi, Georgrafi,
Ekonomi, dan Sejarah. Perbedaan lain yang dapat kita temukan adalah adanya mata
pelajaran Life Orientation dan Technology di Afrika Selatan
sedangkan di Indonesia kedua mata pelajaran itu tidak ada.
Di dalam Revised National Curriculum Statement telah
dinyatakan bahwa Social Sciences (SS) merupakan mata pelajaran yang
mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan
berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan
penginterpretasian melalui sejarah dan geografi. Sedangkan Economic and Management Sciences (EMS)
adalah mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik
kelompok atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar.
Fokus bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen,
konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan yang terdapat pada Revised National
Curriculum Statement (RNCS) sebagai berikut.
Sosial Sciences (SS) Relationships between people, and between people, and
between people and the environment, are studied as they vary over time and
place. Six LOs focus on enquiry, knowledge and understanding, and
interpretations or issues within history (Hist.) and geography (Geog).
Economic and Management Sciences
(EMS) Learners study private, public or
collective use of resources. Four LOs focus on the economic cycle, sustainable
growth and development, and managerial, consumer, financial and entrepreneurial
knowlwdge and skills
Dari uraian ini jelas bahwa pengintegrasian empat bidang
kajian yaitu sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah ke dalam IPS Terpadu tidak
lain adalah agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memandang suatu masalah
atau peristiwa secara global dan bukan secara terpisah. Dengan demikian harapan
pemerintah adalah apabila peserta didik telah menyelesaikan pendidikan SMP
diharapkan memiliki wawasan global seiring dengan situasi dan kondisi yang ada
khususnya di Indonesia yang terkenal dengan kemajemukan baik sumber daya alam,
sumber daya manusia, etnis, dan sebagainya.
C. Perbandingan Materi Mata Pelajaran
IPS di Indonesia (Kelas 7, 8, dan 9) dan SS dan EMS di Afrika Selatan (Grade 7,
8 dan 9)
v Mata
Pelajaran Economic and Management Scienses (EMS) memuat materi pelajaran
seperti berikut ini.
Grade
7 :
a.
Needs
and Wants
b.
Money
and Spending Money Wisely
c.
Utility
(The usefullness of goods)
d.
The
Economy and Our Community.
e.
Type
of Work, Requirements for Specific Jobs, Responsibilities, Rights, and Rewards of
Working, Technology in the workplace.
f.
Entrepeneurship
(make something, sales and the bussiness plan)
g.
Transport:
Moving Things around, Work/jobs linked to transport related Services, Transport
as a bussiness oppurtunity, The Cost of Transport
Grade
8 :
a. Working better Together
b. Working Together in an economy
c. The Price
d. Balancing Supply and Demad
e. Counting The Costs, Establishing The
Price
Grade 9:
a. The Flows of Money, Factors of
Production, Goods and Services in The Economic Cycle within the South Africa
Economy.
b. The Role of The Foreign Sector in
The Economic Cycle.
c. Supply and Demand Influences Prices.
d. The Influences and actions (Strikes
and stayaway) of Trade Unions in General and During The Apartheid era on: South
Africa Economy, Political Economy and Social Tranformation, and Labour Issues.
e. The Laws Affecting Basic Conditions
of Employment and non discrimination the
workplace.
v Mata pelajaran Social Sciences (SS) berisi materi
sebagai berikut.
Grade 7:
a.
South
Africa before European came.
b.
History
of Multicultural Process in South Africa
c.
Afrikaaner
and British
d.
Types
of earthface.
e.
Map,
atlas and globe
f.
Atmosfer
and hidrosfer
Grade
8:
a. Population and problems.
b. Sanitation, Health and Hygiene.
c. History of South Africa Independence
d. Goverment after Independence
Grade
9:
a. Flora and Fauna in South Africa.
b. Geography of Africa and Asia
c. Water and foresty
d. Sea and Land
e. Apartheid and Consequence.
v Materi
pelajaran yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu)
adalah sebagai berikut.
Kelas
7:
a. Keragaman bentuk muka bumi
b. Masa Pra Aksara di Indonesia
c. Interaksi Sosial
d. Manusia sebagai mahluk sosial dan
ekonomi
e. Tindakan, motif dan prinsip ekonomi.
f. Peta, atlas dan globe.
g. Perkembangan masyarakat, kebudayaan
dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, Islam, dan kolonial Eropa serta
peninggalannya.
h. Kegiatan pokok ekonomi (produksi,
distribusi dan konsumsi)
Kelas
8:
a. Permasalahan kependudukan dan upaya
penanggulangannya.
b. Bentuk hubungan sosial, pranata
sosial dan penyimpangan sosial.
c. Ketenagakerjaan
d. Pelaku ekonomi,
permintaan dan penawaran.
Kelas 9:
a. Bentuk dan pola
muka bumi
b. Unsur-unsur
geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara.
c. Perjuangan
Indonesia merebut Irian Barat.
d. Peristiwa
sekitar G30 S/PKI.
e. Perubahan pemerintahan dan kerjasama
internasional.
f. Uang dan Bank.
Berdasarkan uraian di atas ternyata terdapat persamaan
dan perbedaan materi pelajaran baik EMS, SS dan IPS. Persamaannya adalah
sama-sama memuat materi plajaran pokok pada kelas 7, 8, dan 9 seperti harga,
permintaan dan penawaran, dan sebagainya. Artinya secara umum adalah sama.
Apalagi mata pelajaran EMS, banyak kesamaan dengan IPS. Yang berbeda dalam mata
pelajaran EMS, SS dan IPS adalah sebagai berikut
a. Materi
pelajaran lebih ditekankan kepada unsur praktik dibandingkan teoritis pada EMS
dan SS.
b. Pendalaman
materi yang lebih terarah kepada ketuntasan materi, bukan sekedar tahu.
Misalnya membahas masalah trtansportasi yang sampai ke perhitungan biaya,
untung, rugi dan seterusnya.
c. Mata pelajaran
SS yang berbeda adalah pada sejarah yang tentu berbeda dengan IPS karena kedua
negara memiliki latar belakang sejarah yang berbeda.
Materi
pelajaran yang terdapat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu)
menurut kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut : Guru dalam membelajarkan mata
pelajaran IPS harus mengacu pada prinsip “integrated social sciences”. Dalam
proses pembelajaran mata pelajaran IPS harus mendukung pencapaian Kompetensi
Inti, baik KI 1, KI 2, KI 3 dan KI 4. Dalam praktiknya KI 1 dan KI 2 sebetulnya
tidak secara eksplisit diajarkan. Yang secara eksplisit diajarkan adalah KI 3
dan KI 4. Dengan dicapainya KI 3 dan KI 4 diharapkan KI 1 dan KI 2 akan juga
dicapai.
Kelas
7:
Kompetensi
Inti (KI)
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI 3 Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
KI 4 Mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar (KD)
KD 1.2
Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk
Indonesia dengan mempertimbangkan kelembagaan sosial
KD 1.3 Menghargai
karunia Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan manusia dan lingkungannya
KD 2.1 Meniru
perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli, anun, dan percaya diri
sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pada masa Hindu-Buddha dan Islam daam
kehidupan sekarang
KD 3.1 Memahami
aspek keruangan dan konektivitas antarruang dan waktu dalam lingkup regional
serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dan politik)
KD 3.2 Memahami
perubahan masyarakat Indonesia pada masa Praaksara,masa Hindu Buddha, dan masa
Islam dalam aspek geografis, ekonomi,budaya, pendidikan dan politik
KD
3.4 Memahami pengertian
dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
D. Perbandingan Kurikulum IPS di Afrika Selatan dan
Indonesia
Para ahli telah meneliti selama bethaun-tahun tentang
kurikulum yang dipraktekkan baik itu di Afrika Selatan dan seluruh dunia,
ternyata memiliki kesamaan . Semua kurikulum telah difokuskan pada apa yang
dapat peserta didik bawa setelah keluar dari pendidikan itu serta
bagaimana masyarakat bereaksi terhadap ajaran pelajaran tersebut dan prinsip
secara umum adalah bagaimana hasil dan penilaian yang diajarkan kepada peserta
didik tetap sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan orang-orang dalam masyarakat
kita serta kebutuhan individu peserta didik.
Revised National Curriculum
Statement menyatakan
bahwa Social Sciences (SS) merupakan
mata pelajaran yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia
dan lingkungan berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan,
pemahaman, dan penginterpretasian melalui sejarah dan geografi. Sedangkan Economic and Management Sciences (EMS) adalah
mata pelajaran yang membahas tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok
atau perorangan dengan cara mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus
bahasannya adalah perputaran ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen,
konsumen, keuangan dan pengetahuan dan keterampilan berbisnis. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam penjelasan yang terdapat pada Revised National Curriculum Statement
(RNCS) sebagai berikut :
Sosial
Sciences (SS) Relationships between people, and between
people, and between people and the environment, are studied as they vary over
time and place. Six LOs focus on enquiry, knowledge and understanding, and interpretations
or issues within history (Hist.) and geography (Geog). Ilmu Sosial adalah mata pelajaran
yang mempelajari hubungan dengan manusia dengan manusia, manusia dan lingkungan
berdasarkan waktu dan tempat dengan cara penemuan, pengetahuan, pemahaman, dan
penginterpretasian melalui sejarah dan geografi
Economic
and Management Sciences (EMS) Learners study private,
public or collective use of resources. Four LOs focus on the economic cycle,
sustainable growth and development, and managerial, consumer, financial and
entrepreneurial knowlwdge and skills. Ekonomi dan Managemen adalah mata pelajaran yang membahas
tentang kebutuhan atau keinginan baik kelompok atau perorangan dengan cara
mengelola sumber-sumber alam secara benar. Fokus bahasannya adalah perputaran
ekonomi, pembangunan dan pertumbuhan,manajemen, konsumen, keuangan dan
pengetahuan dan keterampilan berbisnis.
Dengan demikian persamaan dalam pengembangan kurikulum
antara Indonesia dan Afrika adalah sama-sama dibuat oleh pemerintah pusat
melalui departemen pendidikan nasional, sedangkan perbedaannya adalah kalau di
Indonesia kewenangan dalam pengembangan kurikulum lebih banyak dilakukan oleh
satuan pendidikan, bahkan kebijakan lain lebih diberi kebebasan kepada
kabupaten dan kota karena di Indonesia diberlakukan otonomi daerah, sedangkan
di Afrika Selatan lebih banyak dilakukan departemen pendidikan provinsi. Salah
satu yang dibuat oleh departemen pendidikan provinsi di Afrika Selatan adalah
kalender pendidikan (school
calendar). Kalender ini berisi minggu efektif dan hari efektif untuk
belajar Selain itu departemen pendidikan provinsi juga membuat jadual
pelaksanaan ujian (termasuk jadual ujian nasional), pembagian buku laporan
pendidikan (rapot), jadual penutupan dan buka kembali sekolah, dan sebagainya.
Dengan demikian setiap propinsi akan berbeda kalender pendidikannya, bahkan
provinsi-provinsi di pesisir Afrika Selatan akan berbeda dengan provinsi yang
berada di daratan atau pedalaman. Namun secara umum di Afrika Selatan
menggunakan sistem quarter dalam melakukan evaluasi akhir dan laporan
pendidikan, berbeda dengan Indonesia yang menggunakan sistem semester .
Hal lain yang berbeda di Indonesia, secara umum jadwal
ulangan semester memang dikembalikan ke provinsi atau satuan pendidikan
masing-masing berdasarkan rambu-rambu yang diberikan departemen pendidikan
nasional pusat, namun pelaksanaan ujian akhir seperti UN (Ujian Nasional)
dijawalkan secara terpusat, bukan itu saja naskah soalnya pun dikonsep oleh
pusat. Namun sayangnya penulis tidak dapat menemukan cara pengukuran
keberhasilan pendidikan scara nasional di Afrika Selatan.
Perbedaan dapat dipahami bahwa Indonesia menerapkan sistem
otonomi daerah dalam pembangunan sedangkan di Afrika Selatan tidak. Dilihat
lebih rinci khusus mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
terdapat perbedaan dengan mata pelajaran IPS di Afrika Selatan. Di Afrika
Selatan mata pelajaran yang bercirikan pengetahuan sosial dibedakan
menjadi Economic and Management
Sciences dan Social Sciences. Mata pelajaran Social
Sciences merupakan gabungan Georafi dan Sejarah. Sedangkan di
Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu) yang merupakan
gabungan dari Sosiologi, Georgrafi, Ekonomi, dan Sejarah. Perbedaan lain yang
dapat kita temukan adalah adanya mata pelajaran Life Orientation danTechnology di Afrika Selatan sedangkan
di Indonesia kedua mata pelajaran itu tidak ada. Upaya memasukan materi
ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia
disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Materi Pelajaran IPS di Andonesia
Di Indonesia,Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah
satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang
SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum yang dilakukan suatu negara dengan
negara lain tidak akan sama. Perbedaan itu disebabkan latar belakang sejarah,
budaya, politik, dan sebagainya yang berbeda. Pengembangan kurikulum di Afrika
selatan lebih menekankan kepada aspek transformasi sosial, multikultural dan
pendidikan yang berbasis lulusan. Lulusan pendidikan di Afrika Selatan
diharapkan memiliki kompetensi yang tinggi sehingga dapat mengejar
ketertinggalannya akibat Apartheid. Untuk itulah mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dari grade R sampai 12 lebih mengarah kepada bahasan yang
aktual sehingga siswa akan mampu menghadapi tantangan global.
Pendidikan di Indonesia tidak jauh dari konsep yang
dikembangkan dalam kurikulum di Afrika Selatan. Dengan program wajib belajar
dan sebagainya Indonesia berupaya melakukan berbagai cara untuk mengejar
ketinggalan dalam dunia pendidikan. Upaya yang dilakukan dengan memperbaiki
kurikulum dengan harapan akan dapat menjadikan siswa dapat memperoleh
pendidikan dan mampu bersaing di era globalisasi. Apa yang dilakukan oleh
Afrika Selatan dan Indonesia tidak luput dari latar belakang yang berbeda.
Namun sebagai negara yang sama-sama pernah dijajah, ternyata apa yang dilakukan
oleh penjajah adalah tidak selalu memberikan keuntungan bagi negara yang
terjajah. Hanya suatu negara itulah yang tahu persis apa yang terbaik yang
harus dilakukan untuk kepentingan, kemakmuran dan kemajuan pendidikan bagi
negara tersebut.
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan,pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran
IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman
yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Berdasarkan
tuntutan jaman sangat jelas bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang berorientasi
tidak hanya pengembangan intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan juga
kecerdasan dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan yang semakin kompleks.
Perbedaan jenjang pendidikan, pengembangan kurikulum, dan mata pelajaran
serta materi pelajaran di kedua negara itu memang ada namun perbedaan itu
merupakan hasil dari suatu proses yang panjang yang merupakan yang terbaik bagi
kedua negara itu. Persamaan-persamaan yang terdapat pada kedua negara dalam
pengelolaan pendidikan merupakan persamaan yang wajar sebagai negara yang
berkembang yang melakukan proses yang sama dan merupakan pengelolaan pendidikan
yang standar. Perbandingan pendidikan dua negara atau lebih memiliki
keuntungan, dengan cara itu maka kita dapat mengukur diri, dan membandingkan kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai negara lain dalam pendidikan. Dengan bercermin dengan negara
lain maka akan tampak wajah pendidikan kita yang sesungguhnya di dunia
internasional.
Pada hakikatnya, pengetahuan Sosial sebabagi suatu mata
pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang diri dan peristiwa disekitarnya .Dengan demikian, Pengetahuan Sosial
diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses
menuju kedewasaan. Karena itu guru berkewajiban untuk membantu siswa dalam
memahami masalah-masalah actual yang ada disekitranya. Dengan demikian Ilmu
Pengetahuan Sosial tidak hanya berisikan teori-teori belaka namun sebuah proses
pendewasaan dan bimbingan bagi peserta didik dalam praktek hidup social yang
bersifat nyata. Dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, guru harus dapat
membawakannya secara menarik , humanism, mengerti apa yang dibutuhkan peserta
didik saat kini dan disaat yang akan data.
3.2.Saran
Dalam
makalah ini penulis memiliki beberapa saran dengan harapan saran ini dapat
menjadi masukan pihak-pihak terkait yang ikut terlibat dan bertanggung jawab
dalam keberhasilan pengajaran IPS, baik itu guru , masyarakat maupun
pemerintah diantaranya adalah :
- Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, sebaiknya bahan-bahan pelajaran diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil bisa berupa pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, peristiwa actual yang terjadi di masyarakat dimana peserta didik tinggal. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.hal ini dapat menghapus persepsi bahwa pelajaran IPS itu tidak menarik, menoton dan membuat ngantuk.
- Dalam pengajaran Sejarah sebagai bagian dari pendidikan IPS, guru jangan terpaku hanya pada menceritakan masa lalu dan meminta peserta didik menghapal tempat dan kejadian belaka. Sebaiknya , guru mengarahkan peserta didik untuk memaahami nilai dari peristiwa tersebut dan apa pengaruh peristiwa tersebut pada masa itu dan masa kini.
- Pelajaran Ekonomi sebagai bagian dari pendidikan IPS , ada baiknya siswa digiring untuk mempraktekan teori-teori tersebut dalam praktek nyata sehingga siswa memahami pentingnya ilmu tersebut dan manfaat ilmu yang dipelajarinya.
- Dengan mempelajari hal-hal actual dan kasus-kasus social disekitarnya , diharapkan siswa dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas dalam hidupnya. Oleh karena itu, penulis mendukung pada proses belajar mengajar yang interaktif dan mengurangi campur tangan guru yang dominan. Biarkan siswa menentukan pilihan-pilihan atau alternative jawaban untuk sebuah permasalahan yang dibahas bahkan sebuah prediksi tentang sesuatu. Setelah mereka mengemukakan apa ide yang ada pada alam pikirannya, barulah guru membimbing atau menguatkan pilihan dan jawaban-jawaban mereka.
- Guru harus mengurangi sikap otoriter dalam kelas dan menganggap dirinya sebagai sosok yang “maha tahu” karena siswa sesungguhnya telah dan akan belajar dari kehidupannya. Era globalisasi dengan kemajuan penggunaan internet sangat memungkin peserta didik mengetahui lebih banyak pengetahuan dari apa yang guru bayangkan.
- Guru harus bisa memilih pokok bahasan mana yang harus lebih difokuskan dengan mempertimbangkan letak posisi dan kondisi peserta didik tinggal. Alangkah baiknya, bila peserta didik berada di wilayah pedesaan dan pegunungan maka dalam pelajaran IPS lebih mendominasi pengetahuan tentang pegunungan dan usaha-usaha yang dapat dikembangkan dalam kondisi alam yang seperti itu. Menjadi sangat tidak tepat bila tempat tinggal peserta didik berada disekitar tepian pantai tetapi guru lebih focus dengan materi pelajaran tentang agraris daripada tentang maritime. Hal ini penting agar pengetahuan yang mereka dapat benar-benar bermakna dalam kehidupan nyata mereka.
- Dalam materi pelajaran khususnya materi pelajaran kelas 7, bila kita kembali kepada niatan Ilmu Sosial dipelajari agar siswa cerdas dalam kehidupan social dan cerdas dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting bagi kehidupan pribadinya maupun masyarakat, bisa dfikatak masih jauh dari konektivitasnya. Dengan demikian pemilihan materi ajar adalah penting agar dengan mempelajari IPS siswa memang akan mendapatkan apa yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Disini kiita memerlukan adanya pragmatism dalam pendidikan. Semoga kedepan kita akan mendapatkan perbaikan-perbaikan yang lebih berarti
DAFTAR LITERATUR
Badan Standar
Nasional Pendidikan. 2006 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Jakarta: www.
Depdiknas.go.id.
Departement of Education. 2008. National
Curriculum Statement. Pretoria:
www.education.gov.za.
Departement
of Education. 2008. Curriculum. Pretoria: www. Thutong.za.
Harian
Kompas. 2002. Setelah 10 Tahun Apartheid Terguling. Jakarta:
www.kompas.com
Mudyaharjo,
Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
North-West
University.2004.Education in South Africa. Pretoria:
www.kontaktuhan.org.
South Africa Government. 2008 Education. Pretoria:
www.Info.gov.za.
Wikipedia.
1994. Pendidikan di Afrika Selatan. www.Ms.wikipedia.org.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !